Rahmanuddin Husaini, Pendidik Suku Pedalaman
A
A
A
JAKARTA - Buta aksara menjadi masalah utama penyebab kemiskinan di Kabupaten Hulu Sungai, Kalsel. Hal ini membuat Rahmanuddin Husaini memutuskan kembali ke kampung halamannya setelah belasan tahun bekerja dan sekolah di Banjarmasin.
Sejak 2004, pria kelahiran Hamak Utara, Kalsel, 19 Maret 1967 itu bertekad membuat sebuah perubahan dan kemajuan masyarakat dengan memberantas buta aksara di desa-desa terpencil.
Ia memberi pelajaran tambahan melalui sistem kejar paket A, B, dan C. Usia murid yang terlibat pun bervariasi, yaitu 14 tahun hingga 45 tahun.
Untuk menuju salah satu desa terpencil dari tempatnya tinggal, ia harus rela naik turun gunung dan berjalan kaki selama dua jam. Usaha ini ia lakukan tanpa disuruh dan dibayar. Agar pemberantasan buta aksara lebih efektif, ditahun 2006 ia pun mendirikan sekolah PAUD gratis bagi anak-anak di desa Hamak Utara.
Selain di bidang pendidikan, ia pun berupaya menyalurkan lapisan masyarakat yang rawan sosial (pemuda putus sekolah dan kaum disabel), di desa-desa terpencil, ke dinas-dinas sosial provinsi untuk memperoleh keterampilan, seperti menjahit, keahlian perbengkelan, montir, bangunan, dan tata rias.
Kedekatannya kepada masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai, membuatnya dipercaya sebagai penyuluh sosial oleh pemerintah provinsi. Dari perannya tersebut, Rahmanuddin mengupayakan agar kehidupan para lansia dan masyarakat yang sudah tidak produktif mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dalam hal bantuan sembako setiap bulan.
Sejak 2004, pria kelahiran Hamak Utara, Kalsel, 19 Maret 1967 itu bertekad membuat sebuah perubahan dan kemajuan masyarakat dengan memberantas buta aksara di desa-desa terpencil.
Ia memberi pelajaran tambahan melalui sistem kejar paket A, B, dan C. Usia murid yang terlibat pun bervariasi, yaitu 14 tahun hingga 45 tahun.
Untuk menuju salah satu desa terpencil dari tempatnya tinggal, ia harus rela naik turun gunung dan berjalan kaki selama dua jam. Usaha ini ia lakukan tanpa disuruh dan dibayar. Agar pemberantasan buta aksara lebih efektif, ditahun 2006 ia pun mendirikan sekolah PAUD gratis bagi anak-anak di desa Hamak Utara.
Selain di bidang pendidikan, ia pun berupaya menyalurkan lapisan masyarakat yang rawan sosial (pemuda putus sekolah dan kaum disabel), di desa-desa terpencil, ke dinas-dinas sosial provinsi untuk memperoleh keterampilan, seperti menjahit, keahlian perbengkelan, montir, bangunan, dan tata rias.
Kedekatannya kepada masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai, membuatnya dipercaya sebagai penyuluh sosial oleh pemerintah provinsi. Dari perannya tersebut, Rahmanuddin mengupayakan agar kehidupan para lansia dan masyarakat yang sudah tidak produktif mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dalam hal bantuan sembako setiap bulan.
(kri)