Henny Kristianus, Penolong Kaum Papa
A
A
A
JAKARTA - Setelah tinggal 10 tahun di Australia, Henny Kristianus kembali ke Indonesia untuk berlibur pasca melahirkan. Saat itulah hatinya tergerak membantu anak-anak miskin di jalanan ibu kota, dengan cara mengajak anak-anak jalanan ke rumah untuk belajar dan makan.
Menyadari masih banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di seluruh Indonesia, wanita kelahiran Jakarta 23 Januari 1978 ini pun melakukan riset dan memulai aktivitas sosialnya di kawasan Halmahera, Papua, NTT, Mentawai, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Bali.
Wanita keturunan Tionghoa ini memberi bantuan dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, pemenuhan gizi anak, pembagian beras gratis, dan memberi tempat tinggal layak.
Semua kegiatannya dapat terwujud berkat penjualan semua asetnya di Australia (perusahaan jasa kurir, coffe shop, rumah, dan mobil). Serta kontribusi teman-temannya di Australia dan Indonesia yang memaksa membuat wadah berupa yayasan “Tangan Harapan” sebagai orang tua asuh anak-anak di seluruh Indonesia.
Kegiatan sosial yang dilakukan Henny selama delapan tahun antara lain berbentuk 3.330 anak mendapat pelayanan makanan bergizi dan pendidikan, 3.200 KK didampingi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, 41 KK yang mendapat bantuan rumah sehat, delapan MCK di tiga desa, NTT, kios usaha untuk pasangan manula.
Selain itu bantuan terhadap 20 dusun berupa pelatihan dan bibit sayuran, delapan sekolah PAUD, 30 Feeding & Learning Centers termasuk 25 Sekolah PAUD gratis, satu mobil klinik untuk NTT, operasi gratis untuk 400 bola mata pasien buta katarak di NTT, dan pelayanan medis gratis untuk 3.330 anak dan ratusan masyarakat NTT setiap dua bulan.
Menyadari masih banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di seluruh Indonesia, wanita kelahiran Jakarta 23 Januari 1978 ini pun melakukan riset dan memulai aktivitas sosialnya di kawasan Halmahera, Papua, NTT, Mentawai, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Bali.
Wanita keturunan Tionghoa ini memberi bantuan dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, pemenuhan gizi anak, pembagian beras gratis, dan memberi tempat tinggal layak.
Semua kegiatannya dapat terwujud berkat penjualan semua asetnya di Australia (perusahaan jasa kurir, coffe shop, rumah, dan mobil). Serta kontribusi teman-temannya di Australia dan Indonesia yang memaksa membuat wadah berupa yayasan “Tangan Harapan” sebagai orang tua asuh anak-anak di seluruh Indonesia.
Kegiatan sosial yang dilakukan Henny selama delapan tahun antara lain berbentuk 3.330 anak mendapat pelayanan makanan bergizi dan pendidikan, 3.200 KK didampingi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, 41 KK yang mendapat bantuan rumah sehat, delapan MCK di tiga desa, NTT, kios usaha untuk pasangan manula.
Selain itu bantuan terhadap 20 dusun berupa pelatihan dan bibit sayuran, delapan sekolah PAUD, 30 Feeding & Learning Centers termasuk 25 Sekolah PAUD gratis, satu mobil klinik untuk NTT, operasi gratis untuk 400 bola mata pasien buta katarak di NTT, dan pelayanan medis gratis untuk 3.330 anak dan ratusan masyarakat NTT setiap dua bulan.
(kri)