Asia Pananrangi, Penebar Asa Penderita Kusta
A
A
A
JAKARTA - Penyakit kusta masih menjadi momok sebagai penyakit kutukan atau keturunan yang tidak dapat disembuhkan. Akibatnya sebagian orang enggan berinteraksi terhadap para penderita maupun mantan penderitanya.
Fenomena ini ternyata tak sedikitpun membuat Asia Pananrangi takut. Mengikuti panggilan hati, wanita kelahiran Sulsel 7 April 1967 ini berada di tengah-tengah para penderita kusta yang jumlahnya mencapai 440 orang di Desa Lerang 2, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Yang dia lakukan adalah penguatan diri, membekali pendidikan kritis dan pemberdayaan ekonomi sejak 2002 lalu.
Dibantu tenaga kesehatan Kabupaten Bone, secara rutin dua kali seminggu Asia mendatangi Desa Lerang 2 yang selama ini terisolir untuk melakukan pendampingan dalam proses penyembuhan dan perawatan bagi penderita kusta.
Setelah penderita kusta di Desa Lerang 2 banyak yang sembuh, dia membentuk kelompok perawatan diri yang anggota-anggotanya mantan penderita kusta.
Sebagai upaya melahirkan generasi penerus yang cerdas dan sehat di desa ini, sejak 2004 lalu dia mendirikan sekolah PAUD dan membuat pos pelayanan terpadu. Dengan kegiatannya setiap bulan melakukan penimbangan bayi.
Upayanya tak berhenti, dengan memberi motivasi untuk berubah dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dia membuat 30 kelompok usaha bersama yang bergerak dalam pembuatan bata merah, sekaligus koperasi usaha bersama agar terhindar dari praktik lintah darat.
Fenomena ini ternyata tak sedikitpun membuat Asia Pananrangi takut. Mengikuti panggilan hati, wanita kelahiran Sulsel 7 April 1967 ini berada di tengah-tengah para penderita kusta yang jumlahnya mencapai 440 orang di Desa Lerang 2, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Yang dia lakukan adalah penguatan diri, membekali pendidikan kritis dan pemberdayaan ekonomi sejak 2002 lalu.
Dibantu tenaga kesehatan Kabupaten Bone, secara rutin dua kali seminggu Asia mendatangi Desa Lerang 2 yang selama ini terisolir untuk melakukan pendampingan dalam proses penyembuhan dan perawatan bagi penderita kusta.
Setelah penderita kusta di Desa Lerang 2 banyak yang sembuh, dia membentuk kelompok perawatan diri yang anggota-anggotanya mantan penderita kusta.
Sebagai upaya melahirkan generasi penerus yang cerdas dan sehat di desa ini, sejak 2004 lalu dia mendirikan sekolah PAUD dan membuat pos pelayanan terpadu. Dengan kegiatannya setiap bulan melakukan penimbangan bayi.
Upayanya tak berhenti, dengan memberi motivasi untuk berubah dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dia membuat 30 kelompok usaha bersama yang bergerak dalam pembuatan bata merah, sekaligus koperasi usaha bersama agar terhindar dari praktik lintah darat.
(kri)