Jokowi Harus Siap Jadi Presiden Tak Populer
A
A
A
JAKARTA - Sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menolak permintaan Presiden terpilih Jokowi menaikkan harga BBM dinilai wajar. Karena itu, Jokowi harus siap menjadi Presiden yang tidak populer.
Menurut Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia (Puspol Indonesia) Ubedilah Badrun, sampai bulan Oktober tidak ada alasan rasional SBY menaikkan harga BBM. Karena itu, desakan Presiden terpilih Jokowi agar SBY menaikkan harga BBM sebagai sikap keliru.
"Sebab harga minyak dunia juga belum sampai 100 dolar perbarel, sementara asumsi APBNP 105,1%," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Senin (1/9/2014).
Selain itu, ia menilai, Jokowi terkesan tidak siap menjadi Presiden. Sebab, kesannya mantan Wali Kota solo itu tidak siap untuk tidak populer. "Padahal, jadi Presiden itu harus siap untuk tidak populer," ucapnya.
Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta ini juga menangkap kesan Jokowi merupakan tipologi pemimpin yang cenderung memilih jalan aman dan cenderung takut dengan citra yang buruk.
"Sebenarnya jika Jokowi memiliki argumen yang tepat, bisa saja membuat masyarakat percaya. Bukankah dalam dua tahun terakhir ini Jokowi mendapat dukungan rakyat yang cukup besar hingga memenangkan pilpres," pungkasnya.
Menurut Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia (Puspol Indonesia) Ubedilah Badrun, sampai bulan Oktober tidak ada alasan rasional SBY menaikkan harga BBM. Karena itu, desakan Presiden terpilih Jokowi agar SBY menaikkan harga BBM sebagai sikap keliru.
"Sebab harga minyak dunia juga belum sampai 100 dolar perbarel, sementara asumsi APBNP 105,1%," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Senin (1/9/2014).
Selain itu, ia menilai, Jokowi terkesan tidak siap menjadi Presiden. Sebab, kesannya mantan Wali Kota solo itu tidak siap untuk tidak populer. "Padahal, jadi Presiden itu harus siap untuk tidak populer," ucapnya.
Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta ini juga menangkap kesan Jokowi merupakan tipologi pemimpin yang cenderung memilih jalan aman dan cenderung takut dengan citra yang buruk.
"Sebenarnya jika Jokowi memiliki argumen yang tepat, bisa saja membuat masyarakat percaya. Bukankah dalam dua tahun terakhir ini Jokowi mendapat dukungan rakyat yang cukup besar hingga memenangkan pilpres," pungkasnya.
(kri)