PKB Tak Mampu Maksimalkan Suara NU di 2014
A
A
A
JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai tidak mampu memaksimalkan suara kalangan Nahdatul Ulama (NU) pada perhelatan Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 lalu.
Direktur Riset Indo Barometer Muhamad Yusuf Kosim mengatakan, PKB merupakan anak kandung NU yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia. Menurutnya, 40% jumlah pemilih yang mengaku sebagai bagian ormas NU, seharusnya PKB mampu meraup suara lebih besar.
"Dengan perolehan suara sebesar 9,04 persen atau 47 kursi dari 560 kursi DPR, PKB terbukti hanya mampu mengambil sebagian suara NU," kata Yusuf di Aula Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (30/8/2014).
Lanjutnya, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indo Barometer pada Juni 2014, suara NU yang ke PKB hanya sebesar 14%. Justru, kata Yususf, suara kaum Nahdiyin yang terbanyak malah mengarah ke Partai Demokraai Indonesia Perjuangan (PDIP) sebesar 29,1% dan Partai Golkar sebesar 14,5%.
Dia memprediksi, kondisi partai seperti saat ini, perolehan suara PKB pada pemilu 2019 mendatang tidak akan jauh berubah. "Paling menjadi 10 persen sajalah. Apalagi jika ada peristiwa politik seperti skandal korupsi. Prediksi saya PKB tak akan mampu pertahankan suara," tandasnya.
Pada kesempatan itu, Yusuf mengingatkan, yang menjadi tantangan PKB ke depanadalah menyatukan kembali suara NU.
"Seharusnya PKB menyerap aspirasi politik yang menjadi orientasi kaum Nahdiyin. Terutama yang basis ekonominya masih rendah. Jangan hanya menjadi partai yang melakukan transaksi politik jelang pemilu saja," imbuhnya.
Direktur Riset Indo Barometer Muhamad Yusuf Kosim mengatakan, PKB merupakan anak kandung NU yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia. Menurutnya, 40% jumlah pemilih yang mengaku sebagai bagian ormas NU, seharusnya PKB mampu meraup suara lebih besar.
"Dengan perolehan suara sebesar 9,04 persen atau 47 kursi dari 560 kursi DPR, PKB terbukti hanya mampu mengambil sebagian suara NU," kata Yusuf di Aula Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (30/8/2014).
Lanjutnya, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indo Barometer pada Juni 2014, suara NU yang ke PKB hanya sebesar 14%. Justru, kata Yususf, suara kaum Nahdiyin yang terbanyak malah mengarah ke Partai Demokraai Indonesia Perjuangan (PDIP) sebesar 29,1% dan Partai Golkar sebesar 14,5%.
Dia memprediksi, kondisi partai seperti saat ini, perolehan suara PKB pada pemilu 2019 mendatang tidak akan jauh berubah. "Paling menjadi 10 persen sajalah. Apalagi jika ada peristiwa politik seperti skandal korupsi. Prediksi saya PKB tak akan mampu pertahankan suara," tandasnya.
Pada kesempatan itu, Yusuf mengingatkan, yang menjadi tantangan PKB ke depanadalah menyatukan kembali suara NU.
"Seharusnya PKB menyerap aspirasi politik yang menjadi orientasi kaum Nahdiyin. Terutama yang basis ekonominya masih rendah. Jangan hanya menjadi partai yang melakukan transaksi politik jelang pemilu saja," imbuhnya.
(kur)