Istana Belum Terima Laporan Ricuh Pilpres di Hong Kong
A
A
A
JAKARTA - Pihak Istana Kepresidenan Republik Indonesia belum mengetahui secara detail terjadinya kericuhan di tempat pemungutan suara (TPS) Victoria Park Hong Kong.
Julian Aldrin Pasha selaku juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku pihaknya belum mendapat laporan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
"Saya kira perlu mendengar dari KPU sebagai penyelenggara dan Menlu sebagai perwakilan di tempat-tempat," kata Julian di Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/7/2014).
Sebelumnya kekisruhan terjadi di (TPS) Victoria Park Hong Kong. Menurut catatan petugas KPPSLN Dhieny Megawati dalam akun Facebooknya menceritakan bahwa, kekisruhan bermula segerombolan orang memaksa untuk mencoblos di TPS tersebut. Padahal batas waktu mencoblos sudah ditutup sejak pukul 17.30 waktu setempat. Sementara gerombolan itu baru tiba 30 menit setelah TPS dinyatakan ditutup.
Masih menurut pengakuan Dhieny itu, berdasarkan keterangan seorang kontributor media Hong Kong Widjiati Supari di luar TPS tersebut diduga ada seorang laki-laki menggerakkan gerombolan itu dan menghilang begitu saja ketika situasi sudah tidak terkendali.
"Sayang ketika kami berusaha mencari jejak foto orang yang dimaksud di kamera Mbak Wiji, kami belum berhasil menemukannya. Kemudian kami berdua mencoba mendatangi Bu Helena (Konsul Sosbud KJRI HK) mencoba bertanya dan beliaupun sama bingungnya, mengapa mendadak bisa begini," demikian kutipan catatan yang dimuat dalam akun Facebook Dhieny.
Julian Aldrin Pasha selaku juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku pihaknya belum mendapat laporan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
"Saya kira perlu mendengar dari KPU sebagai penyelenggara dan Menlu sebagai perwakilan di tempat-tempat," kata Julian di Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/7/2014).
Sebelumnya kekisruhan terjadi di (TPS) Victoria Park Hong Kong. Menurut catatan petugas KPPSLN Dhieny Megawati dalam akun Facebooknya menceritakan bahwa, kekisruhan bermula segerombolan orang memaksa untuk mencoblos di TPS tersebut. Padahal batas waktu mencoblos sudah ditutup sejak pukul 17.30 waktu setempat. Sementara gerombolan itu baru tiba 30 menit setelah TPS dinyatakan ditutup.
Masih menurut pengakuan Dhieny itu, berdasarkan keterangan seorang kontributor media Hong Kong Widjiati Supari di luar TPS tersebut diduga ada seorang laki-laki menggerakkan gerombolan itu dan menghilang begitu saja ketika situasi sudah tidak terkendali.
"Sayang ketika kami berusaha mencari jejak foto orang yang dimaksud di kamera Mbak Wiji, kami belum berhasil menemukannya. Kemudian kami berdua mencoba mendatangi Bu Helena (Konsul Sosbud KJRI HK) mencoba bertanya dan beliaupun sama bingungnya, mengapa mendadak bisa begini," demikian kutipan catatan yang dimuat dalam akun Facebook Dhieny.
(kur)