Dukung Hari Santri Nasional, Jokowi Dipuji
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Gerakan Pemuda Anshor (GP Anshor) Nusron Wahid mengapresiasi komitmen Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan menetapkan tanggal 1 Muharam sebagai hari santri nasional, jika terpilih menjadi presiden.
"Rencana Jokowi menjadikan 1 Muharam sebagai hari santri nasional harus diapresiasi dan menggembirakan umat Islam, terutama kalangan pondok pesantren. Langkah ini membuktikan komitmen Jokowi dalam rangka menempatkan pesantren sebagai pilar penting dalam rangka mengimplementasikan revolusi mental berbasis ahlussunnah wal jamaah di Indonesia," tutur Nusron di Jakarta, Minggu (29/6/2014).
Diketahui, Jokowi menyatakan secara tertulis bahkan menandatangani langsung dukungannya untuk menjadikan tanggal 1 Muharam sebagai hari santri nasional. Dukungan itu diungkapkan Jokowi ketika berkampanye di depan ribuan santri dan pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Pagelaran, Malang, Jumat 27 Juni 2014.
Menurut Nusron, fondasi terpenting dalam revolusi mental adalah bangunan akhlakul karimah atau budi pekerti bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang nasionalis dan religius dapat ditanamkan oleh para santri dan guru-guru mengaji di pondok pesantren.
"Selain menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional, revolusi mental berbasis ahlussunnah wal jamaah juga harus mampu membangkitkan tradisi mengaji di kalangan anak-anak bangsa Indonesia," tutur Nusron.
Menurut Nusron, dukungan Jokowi membuktikan kepemimpinan Jokowi yang yang memahami sekaligus menjunjung tinggi kearifan lokal.
"Tradisi mengaji di pesantren, surau, langgar, masjid dan rumah-rumah pada petang hari semakin hari makin tergerus oleh modernisasi, sikap glamor, kurikulum pendidikan yang memberatkan anak, konsumerisme dan siaran televisi yang lebih bernuasa hiburan yang berlebihan," paparnya.
GP Ansor juga meminta agar Jokowi memperhatikan kesejahteraan dan nasib guru mengaji. "Agar mereka semakin bersemangat dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah kepada murid," katanya.
"Rencana Jokowi menjadikan 1 Muharam sebagai hari santri nasional harus diapresiasi dan menggembirakan umat Islam, terutama kalangan pondok pesantren. Langkah ini membuktikan komitmen Jokowi dalam rangka menempatkan pesantren sebagai pilar penting dalam rangka mengimplementasikan revolusi mental berbasis ahlussunnah wal jamaah di Indonesia," tutur Nusron di Jakarta, Minggu (29/6/2014).
Diketahui, Jokowi menyatakan secara tertulis bahkan menandatangani langsung dukungannya untuk menjadikan tanggal 1 Muharam sebagai hari santri nasional. Dukungan itu diungkapkan Jokowi ketika berkampanye di depan ribuan santri dan pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Pagelaran, Malang, Jumat 27 Juni 2014.
Menurut Nusron, fondasi terpenting dalam revolusi mental adalah bangunan akhlakul karimah atau budi pekerti bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang nasionalis dan religius dapat ditanamkan oleh para santri dan guru-guru mengaji di pondok pesantren.
"Selain menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional, revolusi mental berbasis ahlussunnah wal jamaah juga harus mampu membangkitkan tradisi mengaji di kalangan anak-anak bangsa Indonesia," tutur Nusron.
Menurut Nusron, dukungan Jokowi membuktikan kepemimpinan Jokowi yang yang memahami sekaligus menjunjung tinggi kearifan lokal.
"Tradisi mengaji di pesantren, surau, langgar, masjid dan rumah-rumah pada petang hari semakin hari makin tergerus oleh modernisasi, sikap glamor, kurikulum pendidikan yang memberatkan anak, konsumerisme dan siaran televisi yang lebih bernuasa hiburan yang berlebihan," paparnya.
GP Ansor juga meminta agar Jokowi memperhatikan kesejahteraan dan nasib guru mengaji. "Agar mereka semakin bersemangat dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah kepada murid," katanya.
(dam)