Maju lewat Pendidikan

Minggu, 22 Juni 2014 - 07:08 WIB
Maju lewat Pendidikan
Maju lewat Pendidikan
A A A
BEBERAPA hari belakangan rasa kemanusiaan bangsa ini terketuk ketika melihat berita anak seorang pengayuh becak sukses menjadi wisudawati dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi dari Universitas Negeri (Unnes) Semarang, Jawa Tengah.

Raeni, nama mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi tersebut, diantar bapaknya menggunakan becak menuju acara wisuda Unnes. Yang lebih mengharukan lagi adalah Raeni dengan segala keterbatasan finansial yang dihadapinya mampu menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan IPK 3,96.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun tertarik untuk mengundangnya ke Istana Negara serta menghadiahinya beasiswa untuk melanjutkan studinya ke jenjang strata 2 (S-2) Inggris Tak lama setelah kisah Raeni muncul ke publik, kisah sukses mahasiswa kurang mampu kembali muncul di ruang publik. Seorang anak petani mampu meraih IPK 3,98 di Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah.

Angga Dwi Tuti Lestari, nama anak petani tersebut, diganjar beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan untuk melanjutkan studinya di Leiden, Belanda. Kedua kisah tersebut, dan juga banyak kisah sukses lain mengenai sosok-sosok muda yang tegar dan mampu menyiasati keterbatasan finansial yang dihadapinya, sudah selayaknya menjadi penyemangat bagi semua anak bangsa ini untuk maju.

Keterbatasan finansial bukanlah pemupus harapan, melainkan adalah suatu hambatan yang bisa dihadapi jika ulet berusaha. Sekarang keduanya mulai merintis jalan hidup yang jauh lebih baik. Keduanya ada pada anak tangga mobilitas vertikal dan mulai melangkah meninggalkan kemiskinan. Raeni dan Angga juga memiliki kesamaan. Keduanya merupakan penerima dana bantuan pendidikan Bidik Misi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Pengalaman Raeni dan Angga adalah salah satu bukti bahwa beasiswa merupakan salah satu cara terbaik untuk keluar dari kemiskinan. Memang sudah seharusnya kisah sukses seperti ini disebarkan lebih masif lagi hingga pelosok-pelosok Nusantara untuk mendorong keberanian mutiara-mutiara muda bangsa ini untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Berbagai kesempatan bantuan pendidikan baik dari jenjang pendidikan dasar, menengah hingga tinggi yang disediakan oleh pemerintah harus dipromosikan terus-menerus.

Seperti disebutkan oleh Elfindri dalam artikelnya di KORAN SINDO dengan judul “Idealitas Beasiswa Miskin” (18/6) bahwa berdasarkan data Susenas tahun 2012 hanya sekitar 2% dari anak-anak yang berasal dari keluarga miskin (pengeluaran 10% terendah) yang sempat mengecap jenjang pendidikan tinggi. Rendahnya akses pendidikan tinggi tersebut, karena mereka sudah lebih dulu putus sekolah pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Contoh kisah-kisah sukses seperti ini seharusnya mendorong pemerintah untuk mengguyur dunia pendidikan dengan dana yang lebih besar lagi. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa dana tersebut harus sampai pada yang berhak. Kita semua harus ingat bahwa sumber daya manusia terdidik adalah modal utama bangsa ini untuk maju.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3672 seconds (0.1#10.140)