Prabowo Menguat di Tapal Kuda dan Madura
A
A
A
MADURA - Dukungan untuk Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta) menguat di kawasan tapal kuda dan Madura.
"Di tapal kuda apalagi Madura, Prabowo yang kuat. Ini karena figur Prabowo. Prabowo dianggap calon yang cerdas, punya kemampuan, dan itu bersinergi dengan kriteria capres yang diharapkan masyarakat tapal kuda dan Madura," kata Direktur Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Universitas Airlangga Muhammad Asfar, Rabu (28/5/2014).
Faktor kedua menguatnya Prabowo adalah munculnya isu latar belakang Jokowi, di antaranya isu sosial keagamaan. Faktor ketiga, sebagian kiai dan ulama berpengaruh di Jawa Timur mendukung Prabowo. Ini menyebabkan sebagian warga NU memilih mengikuti apa yang didukung kiai.
Lantas bagaimana dengan pengaruh PKB yang saat pemilu legislatif 2014 mengalami kenaikan suara cukup signifikan dibanding pemilu 2009?
"Memilih saat pemilihan presiden berbeda dengan memilih partai saat pemilu legislatif," katanya.
Apalagi sebagian warga NU melihat sosok Mahfud MD yang menjadi ketua tim pemenangan Prabowo sebagai acuan.
Isu pelanggaran hak asasi manusia yang menghantam Prabowo dipercaya Asfar tak akan banyak berpengaruh terhadap pilihan masyarakat. Sebab isu tersebut sudah muncul sejak puluhan tahun dan bukan isu baru yang bisa membuat orang berubah pilihan. Berbeda dengan Jokowi, jika tertepa isu baru maka orang bisa mengubah pilihannya.
Namun secara umum, Asfar melihat kekuatan Prabowo dan Jokowi relatif berimbang. "Tinggal strategi terakhir yang menentukan apakah Prabowo atau Jokowi yang menang, terutama partai mana yang bisa mengefektifkan mesin politiknya," katanya.
Faktor penentu lain adalah seberapa efektif kedua kandidat menggerakkan dan menjaga tim relawan di tingkat akar rumput. Sejumlah tokoh yang masuk ke tim pemenangan masing-masing capres memang memiliki massa masing-masing. "Tinggal sejauh mana mereka mampu mengefektifkan massa itu," kata Asfar.
"Di tapal kuda apalagi Madura, Prabowo yang kuat. Ini karena figur Prabowo. Prabowo dianggap calon yang cerdas, punya kemampuan, dan itu bersinergi dengan kriteria capres yang diharapkan masyarakat tapal kuda dan Madura," kata Direktur Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Universitas Airlangga Muhammad Asfar, Rabu (28/5/2014).
Faktor kedua menguatnya Prabowo adalah munculnya isu latar belakang Jokowi, di antaranya isu sosial keagamaan. Faktor ketiga, sebagian kiai dan ulama berpengaruh di Jawa Timur mendukung Prabowo. Ini menyebabkan sebagian warga NU memilih mengikuti apa yang didukung kiai.
Lantas bagaimana dengan pengaruh PKB yang saat pemilu legislatif 2014 mengalami kenaikan suara cukup signifikan dibanding pemilu 2009?
"Memilih saat pemilihan presiden berbeda dengan memilih partai saat pemilu legislatif," katanya.
Apalagi sebagian warga NU melihat sosok Mahfud MD yang menjadi ketua tim pemenangan Prabowo sebagai acuan.
Isu pelanggaran hak asasi manusia yang menghantam Prabowo dipercaya Asfar tak akan banyak berpengaruh terhadap pilihan masyarakat. Sebab isu tersebut sudah muncul sejak puluhan tahun dan bukan isu baru yang bisa membuat orang berubah pilihan. Berbeda dengan Jokowi, jika tertepa isu baru maka orang bisa mengubah pilihannya.
Namun secara umum, Asfar melihat kekuatan Prabowo dan Jokowi relatif berimbang. "Tinggal strategi terakhir yang menentukan apakah Prabowo atau Jokowi yang menang, terutama partai mana yang bisa mengefektifkan mesin politiknya," katanya.
Faktor penentu lain adalah seberapa efektif kedua kandidat menggerakkan dan menjaga tim relawan di tingkat akar rumput. Sejumlah tokoh yang masuk ke tim pemenangan masing-masing capres memang memiliki massa masing-masing. "Tinggal sejauh mana mereka mampu mengefektifkan massa itu," kata Asfar.
(lns)