Vitamin c tak jamin mampu cegah penularan MERS
A
A
A
Sindonews.com - Virus MERS termasuk jenis virus yang cepat datang dan menyebar. Tak heran virus itu mengagetkan dunia. Virus ini bermutasi dari SARS.
"Awalnya tingkat meninggalnya tinggi mencapai 50%, tetapi sekarang menurun menjadi 30%," ungkap Senior Stan Ford Abidin Siman, kemarin.
Sampai saat ini vaksin untuk menangkal virus MERS-CoV belum tersedia, maka dari itu masyarakat harus tetap mewaspadai disamping menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh.
Dengan mengkonsumsi vitamin c maka, dapat dijadikan suplemen tambahan untuk tubuh.
"Terlebih udara di Arab Saudi mencapai 50-55 derajat celcius, maka rentan untuk tubuh terhadap penyakit karena lelah dan panas," ujar dia.
Vitamin c dapat diperoleh dari buah ataupun suplemen. Selain itu Klinik Stanmed Center menyediakan infus vitamin c high dose yang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan secara rutin sebelum pergi umrah atau berpergian ke luar negeri. Hal ini merupakan upaya mempertahankan anti body maksimal.
MERS-CoV lanjutnya dapat dicegah dengan infus vitamin c high dose. Selain itu dapat dicegah dengan terapi ozon, karena ozon terbukti efektif dalam membunuh virus, kuman dan bakteri di dalam tubuh dengan merusak selaput perlindungan kuman.
"Terapi ozon dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan memicu reaksi pertahanan tubuh terhadap penyakit," paparnya.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Slamet mengatakan, tidak ada jaminan terhindar dari MERS jika mengkonsumsi vitamin c. Sebab, dua hal itu berbeda dan tidak berkaitan.
Namun, vitamin c bermanfaat untuk menaikan stamina dan menambah daya tahn tubuh. Dalam hal ini, jika dibutuhkan dapat dikonsumsi, tetapi jika dudah cukup maka tidak dibutuhkan.
"Kalau cocok mengkonsumsi vitamin C diperbolehkan. Tetapi tidak dianjurkan dalam menanggulangi virus MERS-CoV," katanya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.
Menurut vitamin c adalah zat yang larut dalam cairan tubuh. Hal ini berbeda dengan vitamin A dan vitamin D yang larut dalam lemak, jadi tidak otomatis dibuang. Maka tidak ada Jaminan dengan mengkonsumsi tertentu bahwa akan tehindar, karena keadaan virus yang masih berubah.
Maka jemaah dan masyarat masih harus tetap menjaga kesehatan dan kebersihan. Selain itu ta ggap akan gejala yang dirasakan dengan memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
"Setiap ada kasus masih mengikuti, sampai saat ini hasil pemeriksaan Balitbang Kemenkes 92 kasus di Indonesia masih menunjukan belum ada pasien yang positif MERS-COV," tegasnya.
"Awalnya tingkat meninggalnya tinggi mencapai 50%, tetapi sekarang menurun menjadi 30%," ungkap Senior Stan Ford Abidin Siman, kemarin.
Sampai saat ini vaksin untuk menangkal virus MERS-CoV belum tersedia, maka dari itu masyarakat harus tetap mewaspadai disamping menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh.
Dengan mengkonsumsi vitamin c maka, dapat dijadikan suplemen tambahan untuk tubuh.
"Terlebih udara di Arab Saudi mencapai 50-55 derajat celcius, maka rentan untuk tubuh terhadap penyakit karena lelah dan panas," ujar dia.
Vitamin c dapat diperoleh dari buah ataupun suplemen. Selain itu Klinik Stanmed Center menyediakan infus vitamin c high dose yang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan secara rutin sebelum pergi umrah atau berpergian ke luar negeri. Hal ini merupakan upaya mempertahankan anti body maksimal.
MERS-CoV lanjutnya dapat dicegah dengan infus vitamin c high dose. Selain itu dapat dicegah dengan terapi ozon, karena ozon terbukti efektif dalam membunuh virus, kuman dan bakteri di dalam tubuh dengan merusak selaput perlindungan kuman.
"Terapi ozon dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan memicu reaksi pertahanan tubuh terhadap penyakit," paparnya.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Slamet mengatakan, tidak ada jaminan terhindar dari MERS jika mengkonsumsi vitamin c. Sebab, dua hal itu berbeda dan tidak berkaitan.
Namun, vitamin c bermanfaat untuk menaikan stamina dan menambah daya tahn tubuh. Dalam hal ini, jika dibutuhkan dapat dikonsumsi, tetapi jika dudah cukup maka tidak dibutuhkan.
"Kalau cocok mengkonsumsi vitamin C diperbolehkan. Tetapi tidak dianjurkan dalam menanggulangi virus MERS-CoV," katanya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.
Menurut vitamin c adalah zat yang larut dalam cairan tubuh. Hal ini berbeda dengan vitamin A dan vitamin D yang larut dalam lemak, jadi tidak otomatis dibuang. Maka tidak ada Jaminan dengan mengkonsumsi tertentu bahwa akan tehindar, karena keadaan virus yang masih berubah.
Maka jemaah dan masyarat masih harus tetap menjaga kesehatan dan kebersihan. Selain itu ta ggap akan gejala yang dirasakan dengan memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
"Setiap ada kasus masih mengikuti, sampai saat ini hasil pemeriksaan Balitbang Kemenkes 92 kasus di Indonesia masih menunjukan belum ada pasien yang positif MERS-COV," tegasnya.
(lns)