Pemerintah terus berusaha temukan vaksin MERS

Senin, 05 Mei 2014 - 16:36 WIB
Pemerintah terus berusaha...
Pemerintah terus berusaha temukan vaksin MERS
A A A
Sindonews.com - Pemerintah belum dapat membuat vaksin Middle East Respiratory Syndrom Corona Virus (MERS-COv). Hal ini disebabkan cara penularan virus tersebut masih bermutasi.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan, pembuatan vaksin MERS-COv yang belum dapat ditemukan itu, disebabkan oleh cara penularan virus yang masih bermutasi.

Dari hasil penularan yang diamati penularan, justru banyak terjadi pada petugas kesehatan di Rumah Sakit (RS) sebesar 75 persen. Maka dari itu, belum dapat disimpulkan bahwa penularan virus MERS-COv berasal dari unta.

Menurut Nafsih, masih dilakukan pengamatan dan penelitian dari tim badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) World Health Organization (WHO), bahwa petugas kesehatan yang merawat pasien MERS-COv tidaK ditemukan penularan.

Atau perkembangan virus tersebut dapat bermutasi dalam lingkungan tertentu. "Kalau virus itu masih bermutasi, maka tidak dapat dibuatkan vaksinnya," ucap Nafsiah Mboi saat ditemui setelah rapat koordinasi tingkat menteri di Kantor Kemenko Kesra, Senin (5/5/2014).

Sama halnya dengan pembuatan vaksin HIV/AIDS yang belum dapat dilakukan, karena virusnya masih bermutasi. Namun, jika vaksin tersebut sudah siap dikeluarkan oleh WHO, maka Indonesia sudah siap untuk membuat vaksin MERS-COv.

Karenanya, lanjut Menkes, Indonesia memiliki fasilitas alat kesehatan yang tersedia. Selain itu, jumlah SDM dengan kemampuan yang memadai dalam pembuat vaksin. "Jika vaksin sudah ditemukan kita siap. Baik untuk diproduksi di dalam negeri maupun untuk berbagi dengan negara lain," kata Menkes.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono mengatakan, status yang diberikan WHO dalam penyebaran wabah MERS-COv baru peringatan. Hal ini disebabkan angka totalitas penyebaran virus masih 35 persen, walaupun dalam beberapa minggu ini terjadi peningkatan, karena dari sekian kasus sepertiganya meninggal.

Angka totalitas penyebaran MERS-COv masih lebih rendah dibandingkan kasus flu burung yang mencapai 82,4 persen dan virus rabies yang lebih dari itu. "Kita tetap lakukan deteksi dini dan respons cepat guna mengurangi risiko untuk mengurangi kerugian. Maka jika tidak diwaspadai, maka tetap virus ini berbahaya," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7186 seconds (0.1#10.140)