Jemaah diberi kartu waspada deteksi virus corona
A
A
A
Sindonews.com - Pemberian kartu kewaspadaan kesehatan jemaah haji (K3JH) dan pembinaan kepada travel umrah, dinilai dapat efektif untuk pengendalian virus corona oleh pemerintah.
Hal tersebut dikatakan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Fidiansyah. Menurutnya, program ini dinilai efektif untuk mencegah penularan virus kepada jemaah, warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA).
"Sampai saat ini pemberian K3JH dan sosialisasi sudah diberikan. Untuk calon jemaah haji sudah diberikan pada saat manasik haji," kata Fidiansyah saat ditemui di Kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Sedangkan kepada jemaah umrah, sosialisasi lebih ditekankan kepada travel haji sebagai penyelenggara. Pada jemaah umrah informasi kesehatan diberikan pada saat mereka diberikan vaksin meningitis.
Fidiansyah menjelaskan, pengendalian pada jemaah umrah lebih tidak terkontrol dibandingkan dengan jemaah haji. "Tentu berbeda, jika jemaah haji kita berikan diawal. Sedangkan jemaah umrah tetap kita berikan walaupun penekananya ada pada penyelenggara," ucapnya.
Dia mengungkapkan, pemberian kartu deteksi dini dan tramal scanner diberikan sebelum jemaah berangkat. Selama di Arab Saudi, pendamping ibadah yang kita tekankan, untuk memberikan informasi pencegahan.
"Di samping para jemaah sudah diberikan pengetahuan dan vaksin meningitis. Setiap travel agen, pembimbing ibadah dan organisasi pengelola umrah sebelumnya telah dilakukan proses administratif," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, selain itu pertemuan secara intensif guna memberikan sosialisasi pencegahan selanjutnya. "Setelah pulang ke tanah air, jemaah diberikan K3JH. Hal ini sebagai bentuk deteksi yang dilakukan pemerintah dalam bentuk pencegahan penularan," tuturnya.
Menurut dia, sebetulnya yang paling efektif dalam penanggulangan virus ialah perilaku hidup sehat. Karena virus corona rentan menyerang sistem daya tahan tubuh melalui pernapasan.
Untuk itu, jemaah diingatkan agar menjaga kesehatan dan tidak terlalu lelah serta menggunakan masker sesering mungkin. "Lemahnya keadaan tubuh rentan akan terserang dan jemaah yang mempunyai faktor risiko maka ibadah yang dilakukan dapat disesuaikan. Karena kita belum mempunyai vaksin dan antibiotik untuk menangkal itu," tegasnya.
Hal tersebut dikatakan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Fidiansyah. Menurutnya, program ini dinilai efektif untuk mencegah penularan virus kepada jemaah, warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA).
"Sampai saat ini pemberian K3JH dan sosialisasi sudah diberikan. Untuk calon jemaah haji sudah diberikan pada saat manasik haji," kata Fidiansyah saat ditemui di Kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Sedangkan kepada jemaah umrah, sosialisasi lebih ditekankan kepada travel haji sebagai penyelenggara. Pada jemaah umrah informasi kesehatan diberikan pada saat mereka diberikan vaksin meningitis.
Fidiansyah menjelaskan, pengendalian pada jemaah umrah lebih tidak terkontrol dibandingkan dengan jemaah haji. "Tentu berbeda, jika jemaah haji kita berikan diawal. Sedangkan jemaah umrah tetap kita berikan walaupun penekananya ada pada penyelenggara," ucapnya.
Dia mengungkapkan, pemberian kartu deteksi dini dan tramal scanner diberikan sebelum jemaah berangkat. Selama di Arab Saudi, pendamping ibadah yang kita tekankan, untuk memberikan informasi pencegahan.
"Di samping para jemaah sudah diberikan pengetahuan dan vaksin meningitis. Setiap travel agen, pembimbing ibadah dan organisasi pengelola umrah sebelumnya telah dilakukan proses administratif," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, selain itu pertemuan secara intensif guna memberikan sosialisasi pencegahan selanjutnya. "Setelah pulang ke tanah air, jemaah diberikan K3JH. Hal ini sebagai bentuk deteksi yang dilakukan pemerintah dalam bentuk pencegahan penularan," tuturnya.
Menurut dia, sebetulnya yang paling efektif dalam penanggulangan virus ialah perilaku hidup sehat. Karena virus corona rentan menyerang sistem daya tahan tubuh melalui pernapasan.
Untuk itu, jemaah diingatkan agar menjaga kesehatan dan tidak terlalu lelah serta menggunakan masker sesering mungkin. "Lemahnya keadaan tubuh rentan akan terserang dan jemaah yang mempunyai faktor risiko maka ibadah yang dilakukan dapat disesuaikan. Karena kita belum mempunyai vaksin dan antibiotik untuk menangkal itu," tegasnya.
(maf)