Pilpres 2014, ajang heboh pencarian cawapres
A
A
A
Sindonews.com - Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 dinilai sebagai sebuah ajang pencarian calon wakil presiden (cawapres). Pasalnya, publik lebih tertarik untuk tahu siapa cawapres yang akan dipilih oleh capres terkuat yakni Prabowo Subianto dan Jokowi.
Pengeamat Politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta Alfan Alfian menilai, pilihan cawapres tersebut menentukan akumulasi elektabilitas mereka berdua pada pilpres nanti.
“Pilpres 2014, jadi ajang pencarian cawapres terheboh yang menjadi magnet bagi Jokowi ataupun Prabowo,” katanya dalam diskusi publik yang bertajuk “Membaca Peta Koalisi Pilpres 2014” di Maarif Institute, Jakarta, Kamis (1/5/2014).
Alfan mengatakan, cawapres tersebut akan mengkatrol elektabilitas capres asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) atau Partai Gerindra, mereka berdualah yang selama ini dinilai akan bertarung sengit pada pilpres. Pertarungan itu, lanjutnya, sangat ditentukan oleh ketepatan dan kejelian pemilihan cawapres.
“Cawapres ini akan jadi kunci untuk melejitkan pasangan capres-cawapres,” jelas Direktur The Akbar Tanjung Institute itu.
Dia menjelaskan, baik Jokowi maupun Prabowo tidak bisa dipasangkan dengan sembarang orang. Tapi orang yang dipasangkan dengannya haruslah membuat golput tergoda untuk mencoblos pada pilpres.
“Jokowi beda dengan SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) yang waktu itu tetap menang walau dipasangkan dengan sandal jepit sekalipun,” ujarnya.
Alfan menambahkan, kecocokan dan negasi politik antar capres dan cawapres itu penting. Partai harus bisa menegasikan antara satu calon dengan calon lainnya. Karena, faktor kecocokan capres dan cawapresnya menentukan kinerja mereka ketika terpilih untuk duduk di pemerintahan nanti.
“Si A cocok dengan si B, si B cocok dengan si C, atau si A cocok dengan si C,” tutupnya.
Pengeamat Politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta Alfan Alfian menilai, pilihan cawapres tersebut menentukan akumulasi elektabilitas mereka berdua pada pilpres nanti.
“Pilpres 2014, jadi ajang pencarian cawapres terheboh yang menjadi magnet bagi Jokowi ataupun Prabowo,” katanya dalam diskusi publik yang bertajuk “Membaca Peta Koalisi Pilpres 2014” di Maarif Institute, Jakarta, Kamis (1/5/2014).
Alfan mengatakan, cawapres tersebut akan mengkatrol elektabilitas capres asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) atau Partai Gerindra, mereka berdualah yang selama ini dinilai akan bertarung sengit pada pilpres. Pertarungan itu, lanjutnya, sangat ditentukan oleh ketepatan dan kejelian pemilihan cawapres.
“Cawapres ini akan jadi kunci untuk melejitkan pasangan capres-cawapres,” jelas Direktur The Akbar Tanjung Institute itu.
Dia menjelaskan, baik Jokowi maupun Prabowo tidak bisa dipasangkan dengan sembarang orang. Tapi orang yang dipasangkan dengannya haruslah membuat golput tergoda untuk mencoblos pada pilpres.
“Jokowi beda dengan SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) yang waktu itu tetap menang walau dipasangkan dengan sandal jepit sekalipun,” ujarnya.
Alfan menambahkan, kecocokan dan negasi politik antar capres dan cawapres itu penting. Partai harus bisa menegasikan antara satu calon dengan calon lainnya. Karena, faktor kecocokan capres dan cawapresnya menentukan kinerja mereka ketika terpilih untuk duduk di pemerintahan nanti.
“Si A cocok dengan si B, si B cocok dengan si C, atau si A cocok dengan si C,” tutupnya.
(kri)