Jadi wapres, JK diprediksi bakal dominan
A
A
A
Sindonews.com - Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla diprediksi bakal mendominasi pemerintahan jika terpilih menjadi orang nomor dua di Indonesia. Hal itu didasarkan pengalaman, ketika JK mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode 2004-2009 lalu.
"Itu sudah terbukti. Karena JK berani dan cepat dalam mengambil keputusan," jelas Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari di Jakarta, Kamis (1/5/2014).
Menurut dia, JK lebih berperan aktif dalam menjalankan roda pemerintahan dan seolah-olah menjadi orang nomor satu. Untuk itu, partai politik yang menginginkan JK sebagai cawapres harus mempertimbangkan lebih jauh.
Dari sisi elektabilitas, diakuinya, JK saat ini memang cukup baik sebagai cawapres karena elektabilitasnya yang cukup tinggi. Namun, jika melihat hasil perolehan suara pada Pilpres 2009 lalu, JK yang berpasangan dengan Wiranto berada di posisi paling bawah dengan 12 persen suara, jauh di bawah Mega dan Prabowo yang mencapai 26 persen.
Dia menambahkan, situasi politik yang sangat dinamis dan perubahan konstelasi bisa saja terjadi dengan cepat harus disikapi dengan cermat. "Capres dan cawapres tentu harus dapat bersinergi dengan baik. Hal ini untuk mendukung dan memperkuat sistem presidensil, jika keduanya memimpin pemerintahan," ucapnya.
Sementara, Pengamat Politik Konsep Indonesia (Konsepindo) Budiman mengatakan, akhir-akhir ini terjadi banyak penolakan terhadap JK untuk diusung menjadi cawapres. Penolakan ini didasari kepada rasa simpati kepada mantan wapres itu agar menjadi guru bangsa.
"Kalau saya melihat, beliau adalah guru bangsa, penasihat bangsa ini. Jadi beliaulah yang menasihati presiden dan jajarannya," paparnya.
"Itu sudah terbukti. Karena JK berani dan cepat dalam mengambil keputusan," jelas Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari di Jakarta, Kamis (1/5/2014).
Menurut dia, JK lebih berperan aktif dalam menjalankan roda pemerintahan dan seolah-olah menjadi orang nomor satu. Untuk itu, partai politik yang menginginkan JK sebagai cawapres harus mempertimbangkan lebih jauh.
Dari sisi elektabilitas, diakuinya, JK saat ini memang cukup baik sebagai cawapres karena elektabilitasnya yang cukup tinggi. Namun, jika melihat hasil perolehan suara pada Pilpres 2009 lalu, JK yang berpasangan dengan Wiranto berada di posisi paling bawah dengan 12 persen suara, jauh di bawah Mega dan Prabowo yang mencapai 26 persen.
Dia menambahkan, situasi politik yang sangat dinamis dan perubahan konstelasi bisa saja terjadi dengan cepat harus disikapi dengan cermat. "Capres dan cawapres tentu harus dapat bersinergi dengan baik. Hal ini untuk mendukung dan memperkuat sistem presidensil, jika keduanya memimpin pemerintahan," ucapnya.
Sementara, Pengamat Politik Konsep Indonesia (Konsepindo) Budiman mengatakan, akhir-akhir ini terjadi banyak penolakan terhadap JK untuk diusung menjadi cawapres. Penolakan ini didasari kepada rasa simpati kepada mantan wapres itu agar menjadi guru bangsa.
"Kalau saya melihat, beliau adalah guru bangsa, penasihat bangsa ini. Jadi beliaulah yang menasihati presiden dan jajarannya," paparnya.
(kri)