Investor kecewa

Jum'at, 11 April 2014 - 06:45 WIB
Investor kecewa
Investor kecewa
A A A
INVESTOR pasar modal menyambut dingin hasil hitung cepat (quick count) pemilihan umum (pemilu) legislatif. Para investor tidak puas dengan hasil sementara pemilu tersebut, setidaknya terefleksi dari indeks harga saham gabungan (IHSG) yang langsung terjun bebas 155,675 poin (3,16%) di level 4.765 pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin.

Kalangan analis pasar modal sepakat menuding penyebab anjloknya indeks karena tidak adanya partai politik (parpol) pemenang dominan pemilu legislatif berdasarkan versi hitung cepat. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang semula dijagokan bisa meraup suara di atas 20% yang mengusung calon presiden (capres) Jokowi meleset. Ternyata, Jokowi effect tidak berpengaruh signifikan meraih suara untuk PDIP yang dipatok sekitar 27,02%.

Lalu pertanyaannya, di mana letak hubungan sebab akibat antara hasil pemilu legislatif tanpa parpol sebagai pemenang dominan dengan IHSG yang melorot tajam? Rupanya investor pasar modal punya pengalaman kurang menyenangkan berkaitan dengan pengelolaan negara yang dikendalikan melalui pemerintahan koalisi.

Fakta menunjukkan, masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode kedua ini dinilai tidak maksimal dan efektif, karena pemerintahan koalisi yang terbentuk sering kali diwarnai ketidakkompakan yang justru sangat tidak bersahabat dengan iklim perekonomian. Melihat hasil pemilu legislatif tanpa parpol pemenang yang bisa langsung mengusung capres dan cawapres tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain, membuat investor pasar modal ragu akan jalannya pemerintahan ke depan yang lebih kondusif.

Guna memenuhi persyaratan mengajukan capres dan cawapres, setiap parpol wajib mengantongi hasil pemilu legislatif sekurang-kurangnya 20%. Dengan kondisi tersebut, jalan satu-satunya parpol harus membentuk koalisi untuk memenuhi persyaratan tersebut. Nah, faktanya pesta coblos yang digelar serentak kemarin tak satu pun partai memenuhi syarat tersebut sesuai hasil sementara berdasarkan perhitungan cepat yang digelar oleh sejumlah lembaga survei.

Karena hasil tidak sesuai ekspektasi pasar di mana PDIP tidak bisa langsung mengantarkan Jokowi sebagai calon pemimpin negeri ini, membuat kalangan investor modal yang umumnya menjagokan gubernur DKI Jakarta itu diliputi keraguan. Pasar saham pun merespons negatif hasil pemilu legislatif yang berlangsung meriah tanpa gangguan yang signifikan.

Para investor wajar kalau dilanda kekecewaan dengan hasil pemilu legislatif tersebut. Investor menaruh harapan besar terhadap PDIP menjadi pemenang dominan, menyusul penetapan Jokowi sebagai capres dari partai berlogo kepala banteng itu. Saat partai pimpinan Megawati Soekarnoputri menjagokan Jokowi sebagai calon orang nomor satu di negeri ini, IHSG langsung meroket sekitar 3,22% atau 152,47 poin pada level 4.878,64.

Posisi nilai tukar rupiah pun menguat seketika yang bertengger pada kisaran Rp11.200 per dolar AS. Meski kalangan investor alergi dengan pemerintahan koalisi, situasi ini tidak bisa dihindari. Pascapemilu legislatif, kini bermunculan berbagai skenario koalisi parpol untuk mengusung capres dan cawapres yang pemilihannya akan berlangsung Juli mendatang.

Secara gamblang, peta koalisi mengerucut pada tiga parpol besar dengan perolehan suara dua digit yang memang sudah mengusung capres yang akan menjadi pemimpin koalisi. Kita berharap siapa pun pemenang koalisi parpol nantinya dan tampil memimpin negeri ini hendaknya tercipta koalisi yang saling menguatkan, sehingga menghapus kekhawatiran para investor pasar modal.

Semula, kalangan investor pasar modal diliputi sikap optimistis bahwa IHSG akan melompat ke level 5.000 pascapemilu legislatif, begitu pula nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang bakal semakin perkasa. Namun, impian itu harus disimpan dulu melihat perkembangan pasar hari ini yang justru diwarnai sentimen negatif. Yang perlu diantisipasi pihak BEI adalah pelemahan indeks agar tidak berkepanjangan hingga pemilihan presiden mendatang.

Pihak BEI sendiri meyakini kekecewaan investor tidak akan berlangsung lama, mengingat peristiwa politik bukanlah satu-satunya yang menggerakkan indeks. Masih banyak sentimen positif lainnya, di antaranya fundamental perekonomian yang semakin stabil.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0772 seconds (0.1#10.140)