Bertepatan pemilu, HUT TNI AU tanpa atraksi udara
A
A
A
Sindonews.com - Peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-68 TNI Angkatan Udara berlangsung sederhana. Dalam upacara puncak yang digelar di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, tidak ada satu pun atraksi udara, terjun payung, maupun drumband Akademi Angkatan Udara (AAU) Gita Dirgantara.
Bahkan upacara hanya diikuti peserta dari kalangan militer, tanpa melibatkan pegawai negeri sipil (PNS) TNI. Selain itu, undangan yang biasanya banyak terdapat warga sipil, seperti dari perwakilan dari maskapai penerbangan sipil dan keluarga TNI, kali ini tidak ada.
“Ini kan bertepatan dengan pemilu. Kami tidak ingin mengganggu warga yang mengikuti pemilu,” kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, Rabu (9/4/2014).
Pihaknya berharap, kemasan acara yang sederhana ini tidak mengurangi makna dari ulang tahun itu sendiri. Pada tahun-tahun sebelumnya, dalam puncak peringatan selalu terdapat atraksi udara.
Misalnya, aerobatik oleh Jupiter Aerobatic Team (JAT) dengan pesawat latih KT1-Wong Bee dan Dynamic Pegassus dengan helikopter EC-Colibri. Selain itu juga terdapat terbang lintas pesawat-pesawat tempur, seperti Sukhoi dan F-16. Ada pula atraksi drumband Gita Dirgantara dari AAU, serta atraksi pertempuran dari Paskhas.
Dalam kesempatan itu, KSAU menjelaskan, melihat berbagai tantangan yang ada, baik skala nasional hingga global, maka potensi ancaman melalui wahana dirgantara terhadap NKRI menjadi lebih meningkat. Dalam lingkup nasional, tantangan yang dihadapi seperti konflik komunal, kerusuhan sosial, separatisme, dan terorisme.
“Isu-isu itu menjadi penting untuk diwaspadai mengingat tahun ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pemilu,” tutur putra Tabanan, Bali itu.
Dalam skala regional, kompetisi kedaulatan wilayah dan akses ekonomi di kawasan Laut China Selatan perlu mendapat perhatian dan kesiapan bersama. “Demikian halnya dengan keamanan dirgantara di kawasan dikarenakan Indonesia berada pada salah satu wilayah perlintasan transportasi dunia dan juga terkait dengan rencana pemberlakuan kebijakan ASEAN Open Sky Policy 2015,” paparnya.
Peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik) Akademi Angkatan Udara 1981 ini meneruskan, TNI AU juga harus siap menghadapi tantangan dalam skala global yang bersifat pada nonmiliter. Misalnya, terorisme, perang dunia maya (cyber war), kelangkaan sumber energi, hak asasi manusia (HAM), dan pemanasan global.
Sebagai negara berdaulat, tegas KSAU, Indonesia perlu menempatkan dirgantara sebagai wahana penting dalam kehidupan nasionalnya. “Angkatan Udara harus dapat menjadi kekuatan udara nasional yang andal,” tandas dia. Untuk mencapai TNI AU yang andal, dibutuhkan kesiapan operasional yang tinggi didukung alutsista modern serta prajurit profesional.
Bahkan upacara hanya diikuti peserta dari kalangan militer, tanpa melibatkan pegawai negeri sipil (PNS) TNI. Selain itu, undangan yang biasanya banyak terdapat warga sipil, seperti dari perwakilan dari maskapai penerbangan sipil dan keluarga TNI, kali ini tidak ada.
“Ini kan bertepatan dengan pemilu. Kami tidak ingin mengganggu warga yang mengikuti pemilu,” kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, Rabu (9/4/2014).
Pihaknya berharap, kemasan acara yang sederhana ini tidak mengurangi makna dari ulang tahun itu sendiri. Pada tahun-tahun sebelumnya, dalam puncak peringatan selalu terdapat atraksi udara.
Misalnya, aerobatik oleh Jupiter Aerobatic Team (JAT) dengan pesawat latih KT1-Wong Bee dan Dynamic Pegassus dengan helikopter EC-Colibri. Selain itu juga terdapat terbang lintas pesawat-pesawat tempur, seperti Sukhoi dan F-16. Ada pula atraksi drumband Gita Dirgantara dari AAU, serta atraksi pertempuran dari Paskhas.
Dalam kesempatan itu, KSAU menjelaskan, melihat berbagai tantangan yang ada, baik skala nasional hingga global, maka potensi ancaman melalui wahana dirgantara terhadap NKRI menjadi lebih meningkat. Dalam lingkup nasional, tantangan yang dihadapi seperti konflik komunal, kerusuhan sosial, separatisme, dan terorisme.
“Isu-isu itu menjadi penting untuk diwaspadai mengingat tahun ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pemilu,” tutur putra Tabanan, Bali itu.
Dalam skala regional, kompetisi kedaulatan wilayah dan akses ekonomi di kawasan Laut China Selatan perlu mendapat perhatian dan kesiapan bersama. “Demikian halnya dengan keamanan dirgantara di kawasan dikarenakan Indonesia berada pada salah satu wilayah perlintasan transportasi dunia dan juga terkait dengan rencana pemberlakuan kebijakan ASEAN Open Sky Policy 2015,” paparnya.
Peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik) Akademi Angkatan Udara 1981 ini meneruskan, TNI AU juga harus siap menghadapi tantangan dalam skala global yang bersifat pada nonmiliter. Misalnya, terorisme, perang dunia maya (cyber war), kelangkaan sumber energi, hak asasi manusia (HAM), dan pemanasan global.
Sebagai negara berdaulat, tegas KSAU, Indonesia perlu menempatkan dirgantara sebagai wahana penting dalam kehidupan nasionalnya. “Angkatan Udara harus dapat menjadi kekuatan udara nasional yang andal,” tandas dia. Untuk mencapai TNI AU yang andal, dibutuhkan kesiapan operasional yang tinggi didukung alutsista modern serta prajurit profesional.
(kri)