Indonesia negara besar yang rentan masalah

Rabu, 26 Februari 2014 - 16:45 WIB
Indonesia negara besar yang rentan masalah
Indonesia negara besar yang rentan masalah
A A A
Sindonews.com - Ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (Fisip UI) menyimak Stadium Generale Evaluasi Politik Ekonomi, tentang Potensi Tinggal Landas pada Periode 2014-2024 oleh Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti.

Mantan Menko Perekonomian era Presiden Megawati Soekarnoputri itu meminta, agar generasi penerus bangsa saat ini jangan terjebak dalam perangkap kelas menengah atau high middle income trap.

Ia menjelaskan, dari setiap era di Indonesia, sebetulnya peran utama dimainkan oleh generasi muda. Ia menyebut hal itu terjadi di masa munculnya Sumpah Pemuda dan Boedi Oetomo.

"Kalau Anda mau jadi generasi muda harus siap dengan open mind (berpikiran terbuka)," kata Dorodjatun dalam orasi ilmiahnya di Gedung Auditorium Juwono Sudarsono Fisip UI, Depok, Rabu (26/2/2014).

Menurutnya, saat ini bangsa Indonesia makin tergantung pada paham Amerika Serikat yakni ekonomi liberal. Padahal di dalam negeri, lanjutnya, keadilan makin terpuruk di segala bidang baik termasuk pendidikan.

"Ini bangsa apa, buat saya pilihan terbuka pada Anda para anak muda, keadilan makin terpuruk saat ini. Middle class tak lagi makin menjawab, Indonesia tak lagi menganut trias politika, tapi anut sistem Amerika, check and balance. Negara besar Indonesia yang kompleks, negara yang rentan. Setiap tahap muncul problem," tukasnya.

Mantan Dekan Fisip UI Bambang Shergi Laksmono sepakat dengan uraian yang disampaikan Dorodjatun. Menurutnya, bangsa Indonesia diingatkan menggagas ide dan rentang waktu.

"Ada kesatuan dan prospek wujud Indonesia 2045, selama ini susah bagi bangsa Indonesia. Mudah menjatuhkan rezim tetapi sulit mengisinya, tadi Pak Dorodjatun tajam, menekankan pada kerja dan distribusi waktu. Para mahasiswa dan penerus saat ini harus kawal sampai 2045, itu masa bonus demografi," jelasnya.

Bambang menambahkan keadilan yang disebut makin terpuruk, menjadi titik kelemahan dari karakteristik pembangunan di Indonesia, dimana belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai. Mayoritas hanya baru dinikmat sebagian kelompok.

"Kita harus cari formula sesuai zamannya, tantangan bagi generasi muda dan zamannya. Khususnya 2020-2040, masa demografi Indonesia masa krusial, kesempatan kita keluar dari jebakan high middle class trap. Ini kesempatan terakhir. Jangan tergantung pada ekspor bahan mentah melulu," tutupnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7338 seconds (0.1#10.140)