Whats App dan industri kreatif

Jum'at, 21 Februari 2014 - 14:05 WIB
Whats App dan industri kreatif
Whats App dan industri kreatif
A A A
MEGA akuisisi yang dilakukan raksasa media sosial Facebook terhadap layanan pesan instan melalui jaringan internet WhatsApp mengagetkan dunia. Tak hanya industri teknologi yang dibuat terbelalak dengan fantastisnya nilai transaksi ini, tetapi semua sektor industri dan pengamat serta pemerhati pasar dibuat terkaget-kaget.

Transaksi ini dilakukan di tengah badai krisis ekonomi yang belum sempurna berlalu. Sekalipun masih sangat jauh dengan rekor akuisisi di dunia yang dilakukan America Online ketika mengakuisisi Time Warner pada 10 Januari 2000 senilai USD186,2 miliar, tetap saja akuisisi dengan nilai USD19 miliar ini mencatatkan rekor transaksi akuisisi terbesar dalam sejarah sektor industri teknologi.

Facebook mengambil langkah yang sangat cerdik untuk mendanainya, yaitu hanya mengeluarkan uang tunai sebesar USD4 miliar, sementara sisanya USD12 miliar berbentuk saham Facebook dan USD3 miliar saham terestriksi selama 4 tahun.

Facebook mendapat keuntungan berlipat karena saat ini sahamnya sedang pada titik puncak di kisaran USD68 per lembar, jauh di atas harga rata-rata pada resesi 2013 di kisaran USD22–28 per lembar. Akuisisi ini harusnya menjadi pemicu bagi para pelaku industri kreatif di Indonesia.

Dapat dikatakan bahwa sama sekali tak ada batasan untuk mengembangkan bisnis kreatif seperti di bidang teknologi. Sekalipun berbagai perusahaan raksasa seperti Google, Microsoft, Yahoo!, Facebook sudah lebih dulu menancapkan kaki, siapa nyana perusahaan seperti WhatsApp Inc yang didirikan pada 2009 oleh dua jebolan Yahoo! Brian Acton dan Jan Koum bisa bernilai USD19 miliar hanya dalam lima tahun?

Dunia industri kreatif adalah dunia tanpa limit. Jika industri lain seperti manufaktur, properti, perbankan, pertanian, jasa merupakan industri yang sangat padat modal dan membutuhkan sumber daya manusia yang besar untuk start-up, bisnis di industri teknologi ini bahkan bisa dimulai hanya dengan beberapa orang dengan modal puluhan juta rupiah saja. Lihat saja, salah satu alasan Facebookmembeli WhatsApp adalah begitu ekstensifnya pelanggan layanan tersebut.

Pendiri yang juga CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan bahwa pada saat akuisisi ini pengguna WhatsApp mencapai 450 juta orang sedunia dan menurutnya dalam waktu yang tidak terlalu lama akan mencapai angka 1 miliar pengguna, mendekati jumlah pengguna Facebook saat ini yang mencapai 1,2 miliar orang. Akuisisi ini harusnya menjadi pembuka mata bagi kita semua baik masyarakat maupun pemerintah bahwa saat ini dunia yang kita tinggali adalah dunia yang tanpa batas.

Kita hidup dalam masyarakat tanpa sekat-sekat negara yang saling terkoneksi satu sama lain (borderless society). Kesempatan itu harus diambil dan ketika mengembangkan bisnis, jangan sampai terkungkung dalam sekat sempit negara. Untuk tahap awal para pelaku industri kreatif memang diuntungkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 247 juta, tetapi 7 miliar penduduk dunia jelas merupakan pasar yang sangat menggiurkan dan bisa dijangkau oleh industri kreatif di bidang teknologi.

Hal lain yang bisa diambil pelajarannya adalah saat ini mayoritas penduduk dunia sudah terkoneksi satu sama lain. Informasi bergulir begitu cepatnya, bahkan teori-teori komunikasi lama yang masih percaya bahwa seorang penyampai pesan (komunikator) masih bisa menjagapesannya agar tersampaikan sesuai dengan yang diinginkannya tampaknya harus menyerah. Lihat saja betapa mudahnya mengumpulkan petisi atau menyampaikan suatu imbauan belakangan ini.

Namun kita juga bisa lihat bahwa betapa mudahnya pesan-pesan palsu (hoax) menyesaki hari-hari kita belakangan ini. Dengan begitu intensifnya industri teknologi ini memasuki kehidupan sehari-hari, maka pola komunikasi kita pun akan kian terpengaruh olehnya. Tentu hal ini harus menjadi pertimbangan dalam suasana tahun politik 2014. Masyarakat yang kian terkoneksi dan terpapar dengan informasi dari beragam arah tentu akan lebih kritis jika hanya didekati para peserta pemilihan umum (pemilu) yang tidak melakukan inovasi.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4033 seconds (0.1#10.140)