Pemerintah akan kembangkan vaksin hepatitis

Rabu, 12 Februari 2014 - 04:09 WIB
Pemerintah akan kembangkan...
Pemerintah akan kembangkan vaksin hepatitis
A A A
Sindonews.com - Pemerintah akan mengembangkan vaksin hepatitis B dan C. Hal ini untuk menekan peredaran produk obat luar negeri yang makin mahal harganya.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan, pihaknya sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk pengembangan vaksin tersebut. Mulai tahun ini pengembangan vaksin untuk kedua hepatitis tersebut akan mulai didorong.

“Kami akan fokus buat penelitian di vaksin. Karena masih banyak balita dan juga dewasa yang membutuhkan vaksin tersebut,” katanya saat penandatanganan kerja sama Ristek-Kalbe Science Award I Gedung BPPT, Jakarta, Selasa 11 Februari 2014.

Dia menjelaskan, untuk kebutuhan obat di dalam negeri masih disayangkan pembuatannya masih di luar negeri. Dia menyebutkan, sekitar 90 persen obat yang digunakan oleh masyarakat Indonesia memang merupakan produk buatan lokal, alias produk dalam negeri. Namun, di antara jumlah tersebut sebanyak 95 persen bahan bakunya impor dari luar negeri.

Pria yang menamatkan studi doktoralnya dalam bidang Silvikultur di Wageningen University, Belanda, ini menegaskan bahwa pemerintah sangat ingin menguasai produksi obat-obatan dan vaksin sepenuhnya mulai dari hulu sampai hilir. Ini yang akan menjadi pekerjaan rumah Kemenristek selanjutnya.

"Diharapkan ke depannya dengan perkembangan riset dan teknologi di bidang kesehatan bisa membantu meningkatkan gaya hidup sehat masyarakat," tuturnya.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup ini menambahkan, kesehatan menjadi fokus penelitian yang dibiayai pemerintah. Pasalnya, selama ini penelitian yang popular dilakukan akademisi ialah di pertanian dan ketahanan pangan. Selain itu ada pula penelitian energi, obat, ICT, transportasi dan nano teknologi. Oleh karena itu, jelasnya, pihaknya akan mendekatkan penelitian di bidang kesehatan ini ke akademisi dan pebisnis.

Mengenai jumlah peneliti di Indonesia menjadi kekhawatiran tersendiri yang dialami kementerian. Dia mengungkapkan, dari 67.000 peneliti di lembaga penelitian Kemristek ada 38 persen yang akan pensiun. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas penelitian di Indonesia.

Hatta menuturkan, kementerian mengalokasikan dana Rp1 triliun untuk menyekolahkan mahasiswa hingga menjadi peneliti untuk mengisi kekosongan tersebut. “Mulai tahun kemarin sudah dikirim para peneliti untuk bersekolah,” jelasnya.

Namun kementerian menyebutkan syarat jika ingin mendapat beasiswa tersebut mesti menjalani ikatan dinas. Kewajiban ini, ujarnya, sebagai antisipasi banyaknya peneliti yang bekerja di luar negeri dibandingkan mengabdikan diri di Indonesia.

Nantinya mereka akan dipekerjakan kembali di lembaga penelitian Kemenristek. Sementara calon peneliti yang akan disekolahkan diutamakan dari enam koridor Yng disesuaikan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Presiden Direktur PT Kalbe Farma TBK Irawati Setiady menyatakan, pihaknya akan membantu pemerintah untuk mengembangkan vaksin tersebut. Keberadaan kedua vaksin tersebut diakuinya memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, dia pun menunggu koordinasi dengan Kemenristek jika membutuhkan tenaga industry untuk memproduksinya secara massal.

Pihaknya menyatakan, industry mesti terus berinovasi karena berperan untuk kemajuan bangsa. Melalui Ristek Kalbe Science Awards yang sudah terselenggara sejak 2008, terangnya, akan mendorong para peneliti di Indonesia agar produktif menghasilkan karya yang orisinil, inovatif dan aplikatif.

“Penelitian yang dikembangkan juga akan memberi nilai tambah bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Baca berita:
Jadi negara pembuat vaksin, Indonesia bisa efisien
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6956 seconds (0.1#10.140)