Kurikulum baru, guru harus siap
A
A
A
Sindonews.com - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) berpendapat, pemerintah memang belum mampu menyiapkan guru pada kurikulum baru tersebut. Meski pemerintah pada 2013 lalu masih dalam persiapan, namun tahun ini guru sudah harus lebih siap.
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Sulistiyo mengimbau, Kemendikbud harus mempersiapkan guru kembali tanpa ada alasan anggaran atau tenaga pelatih yang kurang memadai.
“Permasalahannya memang ada di guru. Kalau tenaga pengajarnya tidak mampu mana mungkin siswanya mengerti ilmu pengetahuan baru ini,” katanya ketika dihubungi SINDO, Selasa (14/1/2014).
Namun, dia menolak pemerintah akan memotong tunjangan profesi jika guru masih belum mampu melaksanakan kurikulum baru. Sulistiyo menyatakan, sepanjang sejarah pendidikan di Tanah Air guru seringkali dipuja hanya dalam wacana sebagai profesi mulia. Tetapi dalam berbagai kebijakan pemerintah guru selalu diabaikan.
“Pemerintah lebih senang mengutak-atik kurikulum daripada meningkatkan kinerja dan kualitas guru. Pelatihan merupakan kegiatan yang langka bagi guru-guru kita,” sesalnya.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyatakan, pemerintah jangan terlalu cepat berwacana untuk memotong tunjangan guru. Pasalnya, perhatian pemerintah untuk peningkatan kualitas guru di Indonesia juga masih sangat kurang.
Hal itu bisa dilihat dari tidak adanya anggaran dari pemerintah untuk melakukan pelatihan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas guru. "Dari survei yang kami lakukan, 62 persen guru di Indonesia belum pernah mengikuti pelatihan. Bahkan ada satu guru di Pandeglang, Banten, yang terakhir mengikuti pelatihan guru pada 1980," imbuhnya.
Guru SMAN 13 Jakarta ini berpendapat, pemerintah jangan lagi mengeluarkan anggaran besar bagi kebijakan yang tidak berpengaruh pada perbaikan mutu pendidikan. Pemerintah lebih baik menganggarkan dana untuk memberikan pelatihan kepada guru.
Namun dia meminta pelatihan jangan hanya diberikan kepada guru sasaran kurikulum. Akan tetapi, bagi semua guru baik itu guru berstatus pegawai negeri sipil, guru honorer dan juga guru di sekolah swasta.
Baca berita:
34.218 guru ikuti pelatihan kurikulum 2013
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Sulistiyo mengimbau, Kemendikbud harus mempersiapkan guru kembali tanpa ada alasan anggaran atau tenaga pelatih yang kurang memadai.
“Permasalahannya memang ada di guru. Kalau tenaga pengajarnya tidak mampu mana mungkin siswanya mengerti ilmu pengetahuan baru ini,” katanya ketika dihubungi SINDO, Selasa (14/1/2014).
Namun, dia menolak pemerintah akan memotong tunjangan profesi jika guru masih belum mampu melaksanakan kurikulum baru. Sulistiyo menyatakan, sepanjang sejarah pendidikan di Tanah Air guru seringkali dipuja hanya dalam wacana sebagai profesi mulia. Tetapi dalam berbagai kebijakan pemerintah guru selalu diabaikan.
“Pemerintah lebih senang mengutak-atik kurikulum daripada meningkatkan kinerja dan kualitas guru. Pelatihan merupakan kegiatan yang langka bagi guru-guru kita,” sesalnya.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyatakan, pemerintah jangan terlalu cepat berwacana untuk memotong tunjangan guru. Pasalnya, perhatian pemerintah untuk peningkatan kualitas guru di Indonesia juga masih sangat kurang.
Hal itu bisa dilihat dari tidak adanya anggaran dari pemerintah untuk melakukan pelatihan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas guru. "Dari survei yang kami lakukan, 62 persen guru di Indonesia belum pernah mengikuti pelatihan. Bahkan ada satu guru di Pandeglang, Banten, yang terakhir mengikuti pelatihan guru pada 1980," imbuhnya.
Guru SMAN 13 Jakarta ini berpendapat, pemerintah jangan lagi mengeluarkan anggaran besar bagi kebijakan yang tidak berpengaruh pada perbaikan mutu pendidikan. Pemerintah lebih baik menganggarkan dana untuk memberikan pelatihan kepada guru.
Namun dia meminta pelatihan jangan hanya diberikan kepada guru sasaran kurikulum. Akan tetapi, bagi semua guru baik itu guru berstatus pegawai negeri sipil, guru honorer dan juga guru di sekolah swasta.
Baca berita:
34.218 guru ikuti pelatihan kurikulum 2013
(kri)