Money politic tak jamin menang pileg
A
A
A
Sindonews.com - Fenomena yang diperkirakan terjadi pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014, praktik 'money politic' bukan cara yang efektif untuk mendapatkan dukungan.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suko Widodo mengatakan, memberikan uang kepada pemilih menjelang pencoblosan akan sia-sia. Karena, meski mengeluarkan uang belum tentu akan mendapat dukungan.
"Hasil survei kami memang demikian. Bandingannya jika ada 10 pemilih diberi uang untuk memilih, kemungkinan yang terjaring hanya tiga saja sedangkan sisanya pasti meleset," kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unair Surabaya ini, Senin (13/1/2014).
Suko menjelaskan, gaya komukasi politik yang hanya mengandalkan spanduk atau baliho di jalan-jalan juga tidak efektif. Yang dibutuhkan oleh pemilih saat ini adalah gaya komunikasi politik secara langsung.
Artinya, para kandidat caleg langsung turun menyapa masyarakat pemilih.
Dengan bertemu langsung inilah, bisa berkomunikasi dalam menyampaikan visi dan misi.
”Dalam budaya politik Jawa Timur khususnya memang pemilih lebih senang kalau disowani. Jadi kalau caleg bisa datang secara langsung silaturahmi dan komunikasi maka dia bisa kemungkinan terpilih cukup besar,” jelasnya.
Sementara kebanyakan caleg tidak paham dengan dinamika politik yang berkembang saat ini. Selain itu, ambisi untuk dipilih menjadi wakil rakyat sangat besar, sehingga, mereka mengeluarkan uang yang cukup banyak agar bisa dipilih.
”Mereka ngebet ingin jadi caleg dengan mengeluarkan biaya yang banyak. Tetapi kalau tidak terpilih bisa-bisa malah stres karena tidak kuat menahan beban yang ditanggung,” tegasnya.
Sebelumnya, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur sudah menyiapkan kamar khusus untuk mengantisipasi caleg yang mengalami gangguan jiwa karena gagal merebut kursi wakil rakyat dalam Pileg 9 April 2014 mendatang.
Rencananya, ada 300 tempat tidur khusus yang sudah disiapkan caleg yang mengalami gangguan jiwa tersebut.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suko Widodo mengatakan, memberikan uang kepada pemilih menjelang pencoblosan akan sia-sia. Karena, meski mengeluarkan uang belum tentu akan mendapat dukungan.
"Hasil survei kami memang demikian. Bandingannya jika ada 10 pemilih diberi uang untuk memilih, kemungkinan yang terjaring hanya tiga saja sedangkan sisanya pasti meleset," kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unair Surabaya ini, Senin (13/1/2014).
Suko menjelaskan, gaya komukasi politik yang hanya mengandalkan spanduk atau baliho di jalan-jalan juga tidak efektif. Yang dibutuhkan oleh pemilih saat ini adalah gaya komunikasi politik secara langsung.
Artinya, para kandidat caleg langsung turun menyapa masyarakat pemilih.
Dengan bertemu langsung inilah, bisa berkomunikasi dalam menyampaikan visi dan misi.
”Dalam budaya politik Jawa Timur khususnya memang pemilih lebih senang kalau disowani. Jadi kalau caleg bisa datang secara langsung silaturahmi dan komunikasi maka dia bisa kemungkinan terpilih cukup besar,” jelasnya.
Sementara kebanyakan caleg tidak paham dengan dinamika politik yang berkembang saat ini. Selain itu, ambisi untuk dipilih menjadi wakil rakyat sangat besar, sehingga, mereka mengeluarkan uang yang cukup banyak agar bisa dipilih.
”Mereka ngebet ingin jadi caleg dengan mengeluarkan biaya yang banyak. Tetapi kalau tidak terpilih bisa-bisa malah stres karena tidak kuat menahan beban yang ditanggung,” tegasnya.
Sebelumnya, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur sudah menyiapkan kamar khusus untuk mengantisipasi caleg yang mengalami gangguan jiwa karena gagal merebut kursi wakil rakyat dalam Pileg 9 April 2014 mendatang.
Rencananya, ada 300 tempat tidur khusus yang sudah disiapkan caleg yang mengalami gangguan jiwa tersebut.
(lns)