7 faktor penyebab kinerja SBY melempem
A
A
A
Sindonews.com - Ada banyak sebab yang mengakibatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dinilai minim membuat gebrakan positif menjelang akhir masa jabatannya.
Hal tersebut dikatakan pengamat politik dari Masyarakat Pemantau Kebijakan Eksekutif dan Legislatif (Majelis) Sugiyanto.
"Berbagai persoalan yang mengganggu konsentrasi SBY, dimulai dari kenaikan BBM, di mana waktu itu PKS tidak mendukung. Kemudian kasus Century, koalisi yang tidak solid, banyaknya kasus korupsi yang melibatkan elite Demokrat, SBY menjadi Ketua Umum Demokrat," kata Sugiyanto saat dihubungi Sindonews, Kamis (12/12/2013).
Lebih lanjut dia mengatakan, selain itu yang menyebabkan gerakan SBY kurang menunjukkan tajinya, karena beberapa survei menyatakan, poling Partai Demokrat terus menurun.
"Makanya diakhir masa jabatannya ini seolah-olah SBY kehilangan energi dan kehilangan pamor untuk melakukan langkah cepat atau gebrakan yang positif. Ditambah lagi di beberapa hasil poling Demokrat suaranya makin melorot, selain itu adanya serangan media kepada SBY," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden SBY mengatakan, bangsa Indonesia bisa belajar dari pengalaman sejarah. Sejak berdiri pada tahun 1945, kata SBY, sebenarnya Indonesia telah mengalami koreksi sejarah.
"Akhirnya harus terjadi perubahan dramatis. Padahal perubahan dramatis, korban dan harganya amat tinggi," ujar Presiden SBY saat menyampaikan pidato kunci di acara Kongres Kebangsaan di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu 11 Desember 2013.
Dia memberi contoh, setelah 20 tahun merdeka, yakni pada 1965-1966 terjadi krisis. Kemudian, terjadi perubahan dramatis dan fundamental. "Tahun 1998, 1999, terjadi lagi perubahan besar, disertai krisis dan goncangan. Bahkan 15 tahun lalu banyak yang ramalkan bakal bubar, jatuh. Lantas dari cerita saya apa pelajarannya?" kata SBY.
SBY: Bangsa yang bijak selalu memperbaiki diri
Hal tersebut dikatakan pengamat politik dari Masyarakat Pemantau Kebijakan Eksekutif dan Legislatif (Majelis) Sugiyanto.
"Berbagai persoalan yang mengganggu konsentrasi SBY, dimulai dari kenaikan BBM, di mana waktu itu PKS tidak mendukung. Kemudian kasus Century, koalisi yang tidak solid, banyaknya kasus korupsi yang melibatkan elite Demokrat, SBY menjadi Ketua Umum Demokrat," kata Sugiyanto saat dihubungi Sindonews, Kamis (12/12/2013).
Lebih lanjut dia mengatakan, selain itu yang menyebabkan gerakan SBY kurang menunjukkan tajinya, karena beberapa survei menyatakan, poling Partai Demokrat terus menurun.
"Makanya diakhir masa jabatannya ini seolah-olah SBY kehilangan energi dan kehilangan pamor untuk melakukan langkah cepat atau gebrakan yang positif. Ditambah lagi di beberapa hasil poling Demokrat suaranya makin melorot, selain itu adanya serangan media kepada SBY," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden SBY mengatakan, bangsa Indonesia bisa belajar dari pengalaman sejarah. Sejak berdiri pada tahun 1945, kata SBY, sebenarnya Indonesia telah mengalami koreksi sejarah.
"Akhirnya harus terjadi perubahan dramatis. Padahal perubahan dramatis, korban dan harganya amat tinggi," ujar Presiden SBY saat menyampaikan pidato kunci di acara Kongres Kebangsaan di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu 11 Desember 2013.
Dia memberi contoh, setelah 20 tahun merdeka, yakni pada 1965-1966 terjadi krisis. Kemudian, terjadi perubahan dramatis dan fundamental. "Tahun 1998, 1999, terjadi lagi perubahan besar, disertai krisis dan goncangan. Bahkan 15 tahun lalu banyak yang ramalkan bakal bubar, jatuh. Lantas dari cerita saya apa pelajarannya?" kata SBY.
SBY: Bangsa yang bijak selalu memperbaiki diri
(maf)