Bagikan kondom, pemerintah halalkan seks bebas

Selasa, 03 Desember 2013 - 04:55 WIB
Bagikan kondom, pemerintah halalkan seks bebas
Bagikan kondom, pemerintah halalkan seks bebas
A A A
Sindonews.com - Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Hasbullah Thabrany mengatakan, pembagian kondom dalam rangka pencegahan HIV/AIDS hanya akan efektif bagi mereka yang bisa menggunakan.

Dalam pencegahan HIV/AIDS, penggunaan kondom memang efektif tetapi hal ini menjadi keharusan bagi mereka yang beresiko tinggi. “Apa manfaatnya jika dibagi-bagi tetapi tidak benar-benar digunakanya. Boleh dibagi-bagi tetapi hanya untuk yang bisa menggunakan itu,” tandansnya saat dihubungi KORAN SINDO, Senin, 2 Desember 2013.

Menurut dia, seseorang yang beresiko tinggi memang harus dipaksakan untuk menggunakan kondom. Untk itu kondom hanya baik digunakan oleh mereka yang beresiko tinggi HIV/AIDS dan yang biasa menggunakan.

Selain itu, Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, mengecam keras upaya Menkes membagikan kondom secara gratis ke khalayak umum. Menurut dia, walaupun pekan kondom nasional ini tujuannya baik, namun penyalahgunaannya lebih besar dan berbahaya. "Ini sama saja memudahkan orang untuk berzina," kata dia.

Dia menilai, saat ini tidak ada yang dapat memberikan sanksi orang berzina selain penyakit HIV/AIDS tersebut. Sekarang berzina sudah sangat bebas, untuk itu sanksi sosial di masyarakat sudah mulai luntur hukum KUHP pun tidak bisa memberi sanksi karena alasan suka sama suka. Hal ini menjadi parah ketika pemerintah malah membagi-bagikan kondom.

"Ini seperti melegalkan, mengajak orang berzina. Jadi tinggal hukum Allah dengan penyakit itu." Ucapnya.

Sementara itu Anggota Komisi VIII DPR Raihan Iskandar mengatakan, program pekan kondom nasional menuai kontra dari berbagai kalangan. Program ini dinilai tidak memberantas akar permasalahan, sedangkan solusinya utama ada pada pendidikan karakter dan agama.

Menurut dia, pemerintah telah lalai dan gagal dalam membangun pemuda Indonesia yang berkarakter. Namun, saat ini kondom malah dilegalkan. “Jelas program ini tidak menyelesaikan akar masalah. Justru pemerintah malah memfasilitasi tumbuh kembangnya akar permasalahan tersebut,” kata dia.

Pesan yang tersembunyi dari pada program kondomisasi ini adalah melegalkan free sex. Hal ini dapat diartikan bahwa jika tidak mau hamil saat berhubungan seks maka pakailah kondom. Maka program ini merupakan angin segar untuk mereka yang bergaya hidup free sex, karena dengan kondom mereka dapat bebas melakukan seks dengan siapa saja.

“Yang mengerikan ialah pemuda yang sebelumnya tidak terlintas pikiran seks bersama pacarnya untuk mencoba kondom. Ini namanya lebih besar mudharat dari pada manfaatnya untuk mencegah penularan HIV/AIDS,” papar dia.

Selama ini, lanjut dia, negara sudah cukup bertenggang rasa dengan para korban AIDS. Namun, janganlah digeneralisasi seolah-olah semua masyarakat akan terancam HIV. Padahal penularan hanya dapat melalui hubungan seks.

Raihan juga memaparkan, anggaran sebesar Rp50 miliar yang digelontorkan untuk program ini seharusnya dialokasikan dalam program pendidikan karakter atau agama untuk mencegah free seks dan AIDS dikalangan remaja dan pemuda. Sekaligus hal ini merupakan tindakan preventif yang cukup efektif dan murah.

“Ini Menteri Sosial seperti tidak tahu agama. Kemenkes sepertinya tidal memiliki visi yang jelas dan tepat dalam memberantas perilaku seks ini,” jelas dia.

“Maka diduga bahwa ada kepentingan bisnis yang besar dibalik semua. Maka siapa yang diuntungkan dengan kondomisasi. Maka sudha pasti si produsen kondom salah satunya, dan kapitalisasi seks bebas telah terjadi. Bisnis yang mengabaikan dan mengorbankan nilai agam dan moral,” tegasnya.

20 ribu kondom disebar gratis
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5497 seconds (0.1#10.140)