36 mahasiswa UI jadi pahlawan tanpa tanda jasa
A
A
A
Sindonews.com - Kebanggaan dan rasa haru terpancar dari raut wajah 36 mahasiswa Universitas Indonesia (UI), yang terpilih dalam Gerakan UI Mengajar (GUIM). Betapa tidak, dari 606 mahasiswa UI yang mendaftar dan mengikuti seleksi dalam program tersebut, hanya 36 mahasiswa yang lolos dalam ajang bergengsi tersebut.
Mereka akan mengajar ke wilayah pulau-pulau terpencil selama tiga minggu, berangkat pada 9 Januari 2014 hingga 3 Februari 2014 mendatang. Kali ini, wilayah yang akan mereka sasar, yakni di Indramayu, Jawa Barat.
Mereka akan mengajar di enam titik lokasi. Yakni SDN Cikawung 2, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi; SDN Cikawung 4, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi; SDN Cangkring 2 Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi; SDN Taman Sri Endah, Desa Cemara, Kecamatan Cantigi; SDN Cemara Kulon, Desa cemara kulon, Kecamatan Losarang dan SDN Losari, Desa Losari, Kecamatan Losarang.
Project Officer GUIM yang juga mahasiswa jurusan Fisika FMIPA UI, angkatan 2011 Asep Muhammad mengatakan, 36 mahasiswa yang terpilih tersebut, diberikan penyuluhan aksi sosial terintegrasi.
Pemilihan titik dilakukan selama berbulan-bulan dengan survei, dan audiensi bersama kementerian dan propinsi untuk menentukan titik-titik wilayah tersebut.
"Apakah ada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan. Ternyata yang terpilih Kabupaten Indramayu, yang paling membutuhkan," ujarnya dalam acara pelantikan 36 mahasiswa pengajar GUIM, di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, Sabtu (23/11/2013).
Asep mengungkapkan, kondisi sekolah di sana sangat variatif dari segi infrastruktur. Diantaranya ada bangunan sekolah yang seperti kandang kambing, berupa bilik berlantai tanah dan tak ada jendela. Lalu tak punya ruang kelas, sehingga belajar di luar setiap hari.
"Ada juga lima kelas dalam satu ruang. Kualitasnya kami lihat, bagaimana peran masyarakat di sana dalam pendidikan. Apakah mereka terbuka atau tidak. Survei yang dilakukan sulit, butuh waktu jangka panjang. Kami membantu pemda dan pemerintah pusat. GUIM ini sebagai wadah mahasiswa UI, langsung partisipasi membantu pemerintah," ungkapnya.
Program GUIM sendiri merupakan program Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, di bawah direktorat kemahasiswaan. Sebelum terjun blusukan ke wilayah terpencil, mahasiswa digembleng dengan berbagai macam pelatihan, hingga pelatihan ala TNI oleh Koramil di Cibubur.
"Selama tiga hari dua malam, kami melatih menginap dan tidur di pleton. Belajar, manajemen kelas, lalu perkembangan anak. Ada juga bahasa, kesehatan, self care (pengembangan diri). Karena di sana kan wilayah terpencil, belum tentu bisa bertahan. Ada pelatihan fisik dan mental kedisiplinan," paparnya.
Klik di sini untuk berita terkait.
Mereka akan mengajar ke wilayah pulau-pulau terpencil selama tiga minggu, berangkat pada 9 Januari 2014 hingga 3 Februari 2014 mendatang. Kali ini, wilayah yang akan mereka sasar, yakni di Indramayu, Jawa Barat.
Mereka akan mengajar di enam titik lokasi. Yakni SDN Cikawung 2, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi; SDN Cikawung 4, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi; SDN Cangkring 2 Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi; SDN Taman Sri Endah, Desa Cemara, Kecamatan Cantigi; SDN Cemara Kulon, Desa cemara kulon, Kecamatan Losarang dan SDN Losari, Desa Losari, Kecamatan Losarang.
Project Officer GUIM yang juga mahasiswa jurusan Fisika FMIPA UI, angkatan 2011 Asep Muhammad mengatakan, 36 mahasiswa yang terpilih tersebut, diberikan penyuluhan aksi sosial terintegrasi.
Pemilihan titik dilakukan selama berbulan-bulan dengan survei, dan audiensi bersama kementerian dan propinsi untuk menentukan titik-titik wilayah tersebut.
"Apakah ada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan. Ternyata yang terpilih Kabupaten Indramayu, yang paling membutuhkan," ujarnya dalam acara pelantikan 36 mahasiswa pengajar GUIM, di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, Sabtu (23/11/2013).
Asep mengungkapkan, kondisi sekolah di sana sangat variatif dari segi infrastruktur. Diantaranya ada bangunan sekolah yang seperti kandang kambing, berupa bilik berlantai tanah dan tak ada jendela. Lalu tak punya ruang kelas, sehingga belajar di luar setiap hari.
"Ada juga lima kelas dalam satu ruang. Kualitasnya kami lihat, bagaimana peran masyarakat di sana dalam pendidikan. Apakah mereka terbuka atau tidak. Survei yang dilakukan sulit, butuh waktu jangka panjang. Kami membantu pemda dan pemerintah pusat. GUIM ini sebagai wadah mahasiswa UI, langsung partisipasi membantu pemerintah," ungkapnya.
Program GUIM sendiri merupakan program Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, di bawah direktorat kemahasiswaan. Sebelum terjun blusukan ke wilayah terpencil, mahasiswa digembleng dengan berbagai macam pelatihan, hingga pelatihan ala TNI oleh Koramil di Cibubur.
"Selama tiga hari dua malam, kami melatih menginap dan tidur di pleton. Belajar, manajemen kelas, lalu perkembangan anak. Ada juga bahasa, kesehatan, self care (pengembangan diri). Karena di sana kan wilayah terpencil, belum tentu bisa bertahan. Ada pelatihan fisik dan mental kedisiplinan," paparnya.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)