Program KB gagal, angka kelahiran penduduk stagnan 10 tahun

Jum'at, 22 November 2013 - 19:07 WIB
Program KB gagal, angka kelahiran penduduk stagnan 10 tahun
Program KB gagal, angka kelahiran penduduk stagnan 10 tahun
A A A
Sindonews.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengaku, program Keluarga Berencana (KB) kurang berjalan. Hal ini mengakibatkan stagnannya angka kelahiran rata-rata penduduk.

Kepala BKKBN Fasli Jalal mengatakan, dalam 10 tahun terkahir rata-rata angka kelahiran di Indonesia masih relatif sama 1,49 persen, angka ini naik dari tahun 2000-2010. Sebelumnya dari tahun 1990-2000 angka rata-rata kelahiran turun sebesar 1,45 persen.

Menurut dia, selama ini memang program KB tidak berjalan maksimal, untuk itu BKKBN mempunyai target untuk dapat menurunkan angka kelahiran sampai pada 1,2 persen

“Kami akui memang program KB tidak berjalan. Jangan kan turun, angkanya tidak bergerak,” tandasnya saat ditemui, di acara Indonesia maternity baby and kids expo Jakarta, Jumat (22/11/2013).

Dia mengatakan, banyak kendala yang ditemukan di lapangan saat ini, seperti kurangnya minat masyarakat untuk mengatahui apa itu KB, serta dukungan dari sisi kelembagaan tidak sama, seperti tahun 1970-an sampai 2000.

Selain itu, jumlah petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang melayani KB, jumlahnya semakin menurun. Jumlah PLB saat ini sekira 20 ribu, sebelumnya jumlah PLKB di seluruh Indonesia sebanyak 40 ribu.

“Walapun jumlah anggaran BKKBN naik untuk tahun depan sebesar Rp60 miliar, tetap saja terkendala pada daerah dalam menyediakan PLKB,” ujar dia.

Fasli mengatakan, BKKBN pusat tidak dapat ikut campur dalam pengajian dan penempatan PLKB. Hal ini dikarenakan, PLKB digaji oleh pemda melalui APBD.

Dalam hal ini, lanjutnya, kebijakan dan formasi pengangkatan, pensiunan atau pemindahan ada di pemda. Bahkan jika dibutuhkan, pemda dapat mengambil PNS dari tempat lain yang potensial.

“Kami tidak bisa mencampuri urusan pemda, untuk memindahkan bahkan yang tidak diganti,” kata dia.

Saat ini, tambahnya, pertumbuhan penduduk kebanyakan tumbuh pada kalangan tidak mampu. Dari data yang dmiliki, rata-rata penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi mempunyai anak sebesar 2,1 persen.

Kelompok masyarakat yang mendekati kaya dan sangat kaya hanya 2 persen. Sedangkan yang berpendidikan di bawah SD rata-rata 3 persen, bahkan yang di dalam golongan masyarakat miskin sebesar 3,6.

“Hal ini bisa terjadi kemiskinan, antara generasi keluarga miskin kepada anak-anak yang miskin,” tegasnya.

Klik di sini untuk program BKKBN.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4929 seconds (0.1#10.140)