Sosmed buat caleg malas blusukan
A
A
A
Sindonews.com - Sosiolog Universitas Gajah Mada (UGM) Sunyoto Usman mengkritik maraknya penggunaan sosial media (sosmed) untuk komunikasi calon anggota legislatif (caleg) dengan konstituennya.
Menurutnya, dengan adanya media sosial, banyak politikus yang seolah-olah telah mendengarkan keluhan masyarakat. Padahal tidak semua masyarakat bisa mengakses internet.
"Selain itu, media sosial hanya sekadar menjadi media komunikasi satu arah, tanpa ada timbal balik yang jelas dan berkelanjutan. Bahkan media sosial membuat politikus menjadi malas turun ke masyarakat (blusukan). Sehingga kebutuhan atau tanggung jawab ke masyarakat tidak terpenuhi sepenuhnya,” kata Sunyoto kepada wartawan, di Yogyakarta, Rabu (20/11/2013).
Sebelumnya, data terakhir pada 2009, jumlah golongan putih (golput) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 mencapai 29,6 persen. Jumlah yang makin meningkat dibanding pemilu sebelumnya, disinyalir akibat ulah buruk perilaku para elite politik.
"Saat ini kondisi Indonesia hampir karam dan membuat frustasi," kata Sosiolog Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Zuly Qodir.
"Pelaksanaan Pemilu 2014 juga akan mendekati masa kritis, karena jumlah golput diperkirakan akan mencapai 40 persen. Hal ini dikarenakan budaya politik masyarakat menjadi apatis dan memandang pemilu bukanlah perayaan penting bahkan cenderung tidak bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka," imbuhnya.
Berita terkait:
Pemilu 2014 penuh polemik, masyarakat makin jengah.
Menurutnya, dengan adanya media sosial, banyak politikus yang seolah-olah telah mendengarkan keluhan masyarakat. Padahal tidak semua masyarakat bisa mengakses internet.
"Selain itu, media sosial hanya sekadar menjadi media komunikasi satu arah, tanpa ada timbal balik yang jelas dan berkelanjutan. Bahkan media sosial membuat politikus menjadi malas turun ke masyarakat (blusukan). Sehingga kebutuhan atau tanggung jawab ke masyarakat tidak terpenuhi sepenuhnya,” kata Sunyoto kepada wartawan, di Yogyakarta, Rabu (20/11/2013).
Sebelumnya, data terakhir pada 2009, jumlah golongan putih (golput) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 mencapai 29,6 persen. Jumlah yang makin meningkat dibanding pemilu sebelumnya, disinyalir akibat ulah buruk perilaku para elite politik.
"Saat ini kondisi Indonesia hampir karam dan membuat frustasi," kata Sosiolog Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Zuly Qodir.
"Pelaksanaan Pemilu 2014 juga akan mendekati masa kritis, karena jumlah golput diperkirakan akan mencapai 40 persen. Hal ini dikarenakan budaya politik masyarakat menjadi apatis dan memandang pemilu bukanlah perayaan penting bahkan cenderung tidak bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka," imbuhnya.
Berita terkait:
Pemilu 2014 penuh polemik, masyarakat makin jengah.
(maf)