Parpol berbenah

Selasa, 19 November 2013 - 06:13 WIB
Parpol berbenah
Parpol berbenah
A A A
MENDEKATI akhir tahun 2013, tensi politik Indonesia kian meningkat. Suasana pun jadi riuh rendah. Menyongsong masuknya tahun 2014 yang disebut-sebut sebagai tahun politik, persaingan kian kentara.

Segala hal bisa menjadi sumber keramaian. Bahkan, masalah-masalah kecil yang biasanya tidak menjadi sumber perdebatan berkembang menjadi masalah besar. Masalah-masalah masyarakat yang tadinya dikedepankan masyarakat untuk diperbaiki dan tak kunjung mendapat perhatian, tiba-tiba banyak pihak yang mau memberi perhatian. Dari segi perjuangan politik, memang keramaian itu diperlukan, namun dengan satu syarat, yaitu harus memperjuangkan kepentingan bangsa.

Parpol harus mengutamakan kepentingan rakyat dan melakukan pendidikan politik agar rakyat makin cerdas dalam memperjuangkan kepentingannya. Namun, pengalaman yang terjadi selama ini masih jauh dari konsep ideal tersebut. Parpol yang seharusnya menjadi agen komunikasi politik malahan hanya mencari massa saat akan pemilu. Fungsi sosialisasi politik parpol juga setali tiga uang. Selain itu, parpol yang juga seharusnya menjadi sarana pengatur konflik malah tidak bisa mengatur konflik internal yang terjadi di tubuhnya sendiri, padahal partai politik seharusnya bisa menjadi sarana integrasi nasional.

Pola hubungan parpol dan rakyat yang hanya hangat pada masa pemilu menyimpan bom waktu di tengah masyarakat yang kian cerdas dan arus informasi yang sangat deras. Sudah saatnya parpol berbenah menyesuaikan diri dengan pemilih Indonesia yang kian cerdas dan kian menuntut karena tahu akan hak-haknya sebagai warga negara. Jika parpol-parpol masih berpikir bahwa masyarakat masih bisa dibohongi dengan berbagai pencitraan palsu, rakyat akan membuktikan mereka salah.

Kalaupun rakyat-rakyat yang cerdas dan tecerdaskan itu masih belum bisa membuktikan dirinya pada Pemilu 2014, masih ada pemilu-pemilu lainnya yang akan datang. Rakyat akan lebih mudah beradaptasi dan mengubah pilihannya seiring dengan berkembangnya tingkat rasionya. Namun, parpol-parpol yang masih mengandalkan pencitraan tanpa kerja nyata akan sulit beradaptasi.

Ketika sampai pada masanya, rakyat sudah sedemikian cerdas hingga bisa memilah antara parpol yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat dengan parpol yang hanya menjadikan rakyat sebagai kendaraan politik, justru parpollah yang akan kesulitan beradaptasi. Ketika parpol sudah terlalu terbiasa dengan pencitraan dan dengan segala kenyamanan yang didapatkannya maka akan sangat sulit untuk mengubah pola pergerakannya. Pada saat itu, parpol yang tidak mampu beradaptasi itu akan habis dan hanya akan menjadi bagian dari sejarah negeri ini.

Parpol-parpol yang mengandalkan politik aliran sudah merasakan hal tersebut ketika suaranya terus terjun bebas, sementara para elitenya berpikir posisi mereka aman karena mengira politik aliran akan mengamankan suara mereka. Perkembangan kehidupan politik Indonesia menunjukkan bahwa pemilih di negeri cenderung untuk tidak terikat ke ideologi atau agama tertentu. Ini bisa dibuktikan dari pemenang pemilu pascareformasi yang berubah-ubah secara signifikan.

Rendahnya suara partai berbasis agama juga menjadi indikasinya. Politik aliran, seperti pernah dijelaskan Clifford Geertz, sudah mulai memudar dan digantikan oleh pilihan yang lebih rasional saat tingkat pendidikan dan kesejahteraan rakyat Indonesia meningkat. Sudah saatnya semua parpol berbenah menjadi parpol modern yang mengedepankan kerja nyata, bukan hanya pencitraan.

Hanya tinggal masalah waktu, sampai semua rakyat Indonesia menjadi pemilih yang cerdas. Jangan sampai ketika saat masa itu datang, banyak parpol yang terdilusi karena tak mampu beradaptasi.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5966 seconds (0.1#10.140)