Pengamat nilai buku SBY tak nyambung
A
A
A
Sindonews.com - Rencana penerbitan buku karya Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuai banyak respon. Tak terkecuali dari kalangan akademisi.
Pengamat sosial dan budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati menuturkan, dalam komunikasi publik ada dua hal strategis yang menjadi fondasi bangunan komunikasi, yaitu content (isi) dan context (konteks).
Menurut dia, buku karya SBY tidak ada korelasinya antara content dengan konteks. Content buku tidak relevan, dengan context kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.
"Pak SBY bukanlah seorang 'selebritis politik' yang bertugas memproduksi wacana. Beliau adalah presiden yang bertugas bekerja untuk rakyat," kata Devie, Selasa (12/11/2013).
Kehadiran buku ini, sambung dia, menunjukkan bahwa sebagai seorang presiden beliau tidak memiliki prioritas kerja. Padahal, masyarakat membutuhkan kehadiran presiden melalui program-program kerakyatan yang nyata bagi publik. "Kehidupan bernegara, ialah narasi tentang rakyat. Bukan narasi tentang pemimpinnya," tukasnya.
Isi dari buku itu merpakan jawaban atas segala kritikan dan fitnah dari masyarakat, dan sejumlah kalangan terhadapnya (SBY). Buku itu rencananya akan diluncurkan pada Desember 2013 dengan judul "Selalu Ada Pilihan".
"Sebagai seorang presiden, jawaban yang paling ditunggu oleh publik bukan sekadar kata-kata yang ditorehkan dalam buku. Namun publik membutuhkan monumen-monumen kesejahteraan bagi rakyat, berupa sistem pangan dan papan yang terjangkau bagi rakyat misalnya," pungkasnya.
Klik di sini untuk berita terkait.
Pengamat sosial dan budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati menuturkan, dalam komunikasi publik ada dua hal strategis yang menjadi fondasi bangunan komunikasi, yaitu content (isi) dan context (konteks).
Menurut dia, buku karya SBY tidak ada korelasinya antara content dengan konteks. Content buku tidak relevan, dengan context kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.
"Pak SBY bukanlah seorang 'selebritis politik' yang bertugas memproduksi wacana. Beliau adalah presiden yang bertugas bekerja untuk rakyat," kata Devie, Selasa (12/11/2013).
Kehadiran buku ini, sambung dia, menunjukkan bahwa sebagai seorang presiden beliau tidak memiliki prioritas kerja. Padahal, masyarakat membutuhkan kehadiran presiden melalui program-program kerakyatan yang nyata bagi publik. "Kehidupan bernegara, ialah narasi tentang rakyat. Bukan narasi tentang pemimpinnya," tukasnya.
Isi dari buku itu merpakan jawaban atas segala kritikan dan fitnah dari masyarakat, dan sejumlah kalangan terhadapnya (SBY). Buku itu rencananya akan diluncurkan pada Desember 2013 dengan judul "Selalu Ada Pilihan".
"Sebagai seorang presiden, jawaban yang paling ditunggu oleh publik bukan sekadar kata-kata yang ditorehkan dalam buku. Namun publik membutuhkan monumen-monumen kesejahteraan bagi rakyat, berupa sistem pangan dan papan yang terjangkau bagi rakyat misalnya," pungkasnya.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)