Indonesia masih minim pendidikan reproduksi

Minggu, 10 November 2013 - 17:10 WIB
Indonesia masih minim pendidikan reproduksi
Indonesia masih minim pendidikan reproduksi
A A A
Sindonews.com – Indonesia masih mengalami krisis pengetahuan dan pendidikan terkait pendewasaan perkawinan. Akibatnya masih tingginya angka pernikahan di bawah umur dan kematian ibu dan anak dalam pencapaian Milenium Development Goals (MDGs) 2015.

Kepala Pusat Litbang BKKBN Flourisa Julian mengatakan, saat ini informasi terkait dengan pendewasaan mengenai perkawinan dikalangan remaja masing sangat rendah. Hal ini juga berkaitan dengan sistem reproduksi dan juga puberitas. Selain itu, pengatahuan terkait Keluarga Berencana (KB) juga masih sangat minim.

Menurut dia, sumber pengetahuan mengenai pubertas menjadi tugas utama para guru dan teman sebaya bagi pelajar perempuan. Sedagkan bagi para pelajar pria peluang teman menjadi lebih besar dibandingkan para guru.

“Mereka ini masih sangat kurang pengetahunya termasuk mengetahui pada usia subur,” uajr dia saat ditemui di Jakarta, Minggu (10/11/2013).

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Gufron Mukti mengatakan, saat ini banyak pernikahan muda yang dilakukan oleh remaja dibawah umur 19 tahun. Hal ini mengakibatkan ketidaksiapan baik pada diri dan juga alat reproduksi.

“Sangat tidak baik, kehamilan yang terlalu dini dapat menyebabkan kematian karena kesehatan alat reproduksinya belum siap,” ujar dia saat ditemui di Kantor Kemenkes di Jakarta, Minggu (10/11/2013).

Menurut dia, menggunakan pendekatan holistik mulai dari bayi, anak-anak, dan remaja merupakan cara yang efektif melalui pendidikan yang berkompeten. Tentunya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga harus berperan aktif dengan mengaktifkan kembali peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di setiap sekolah.

“Kurang efektifnya mengenalkan dampak negatif pernikahan muda bagi kesehatan, alat reproduksi, dan usia subur di sekolah mengakibatkan mereka minim pengetahuan,” kata dia.

Selain itu, pengemasan informasi juga harus dilakukan secara benar dan tidak salah arti. Banyak masyarakat yang masih awam mengenai pendidikan reproduksi. Hal ini mengakibatkan transfor informasi menjadi sangat rendah kepada anak-anak.

“Selain siklus kehidupan pendekatan mulai dari anak-anak dan remaja dewasa juga pendekatan secara persuasif mulai dari orang tua, guru dan teman sebaya. Hal ini mungkin anak-anak remaja kita jangan sampai hamil terlalu dini,” paparnya.

Pemerintah abaikan hak reproduksi difabel
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9627 seconds (0.1#10.140)