Pengamat nilai, pemecatan Pasek & Saan langkah keliru Demokrat
A
A
A
Sindonews.com - Pemecatan Gede Pasek dan Saan Mustofa dari jabatannya di DPR RI dinilai kurang tepat. Hal itu diungkapkan pengamat politik Heri Budianto.
Alasannya, pesan yang kemudian ditangkap terhadap pemecatan tersebut, Partai Demokrat panik terhadap loyalitas kader Demokrat terhadap Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Demokrat).
"Saya melihat Demokrat panik dengan bergabungnya Gede Pasek dan Saan, ke Ormas (organisasi masyarakat) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), sehingga itu menyulut rotasi keduanya," ungkap Heri kepada Sindonews, belum lama ini.
Dia menilai, seharusnya Demokrat tidak perlu panik dan mencari waktu yang tepat, untuk mencopot keduanya. Selain itu, sebaiknya Demokrat melakukan pemanggilan dan atau teguran kepada keduanya, sebelum melakukan pemecatan.
"Karena kemasan dan momentun ini tidak tepat. Ini kemudian menjadi blunder, menjadi wacana publik yang negatif bagi Partai Demokrat, dan tidak menguntungkan Partai Demokrat," katanya.
"Saya kira problem terbesar Partai Demokrat pada komunikasi politik yang lemah. Ini tercermin dari front state yang tidak ditata," sambungnya.
Hal yang lain, lanjut Heri, Anas berhasil memancing bekas partainya, sehingga memberi reaksi keras dengan melakukan pencopotan.
"Ini yang tidak diperhitungkan oleh elite Demokrat, dengan adanya isu ini agenda besar bentukan Susilo Bambang Yudhoyono ini, yakni konvensi menjadi tenggelam gara-gara langkah komunikasi politik yang keliru," imbuhnya.
Klik di sini untuk melihat komentar pengamat lainnya.
Alasannya, pesan yang kemudian ditangkap terhadap pemecatan tersebut, Partai Demokrat panik terhadap loyalitas kader Demokrat terhadap Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Demokrat).
"Saya melihat Demokrat panik dengan bergabungnya Gede Pasek dan Saan, ke Ormas (organisasi masyarakat) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), sehingga itu menyulut rotasi keduanya," ungkap Heri kepada Sindonews, belum lama ini.
Dia menilai, seharusnya Demokrat tidak perlu panik dan mencari waktu yang tepat, untuk mencopot keduanya. Selain itu, sebaiknya Demokrat melakukan pemanggilan dan atau teguran kepada keduanya, sebelum melakukan pemecatan.
"Karena kemasan dan momentun ini tidak tepat. Ini kemudian menjadi blunder, menjadi wacana publik yang negatif bagi Partai Demokrat, dan tidak menguntungkan Partai Demokrat," katanya.
"Saya kira problem terbesar Partai Demokrat pada komunikasi politik yang lemah. Ini tercermin dari front state yang tidak ditata," sambungnya.
Hal yang lain, lanjut Heri, Anas berhasil memancing bekas partainya, sehingga memberi reaksi keras dengan melakukan pencopotan.
"Ini yang tidak diperhitungkan oleh elite Demokrat, dengan adanya isu ini agenda besar bentukan Susilo Bambang Yudhoyono ini, yakni konvensi menjadi tenggelam gara-gara langkah komunikasi politik yang keliru," imbuhnya.
Klik di sini untuk melihat komentar pengamat lainnya.
(stb)