Ini alasan masyarakat memilih caleg dan capres
A
A
A
Sindonews.com - Fenomena transaksi politik dan pragmatisme politik yang menjamur di kalangan masyarakat memiliki beberapa alasan. Hal itu diungkapkan Pengamat Sosial Heri Budianto.
Dia menjelaskan, alasan pertama bisa dilihat dari sisi pemimpinnya sendiri, yang memang dari awal memberikan berbagai hadiah, berupa amplop dan sembako kepada masyarakat untuk meraih simpati publik.
"Ini kemudian menimbulkan kebiasaan berulang, yang kemudian akhirnya masyarakat pun menjadikan itu sebagai kebiasaan yang harus diberikan oleh calon-calon yang akan bertarung dalam pemilu atau pilkada," ungkapnya kepada Sindonews, Kamis (5/9/2013).
Kedua, lanjutnya, ada gejala semacam "balas dendam politik" antara pemilih dengan calon yang dipilih.
"Ini timbul karena pemilih merasa, elit yang dipilih nanti belum tentu akan ingat kepada konstituen (mereka) kalau terpilih. Ini kemudian menimbulkan perilaku-perilaku ada barang atau uang maka kami pilih," katanya.
Kemudian yang ketiga, katanya, ada salah persepsi dari para calon yang bertarung dalam pemilihan umum maupun pilkada, jika memberikan bantuan uang atau sembako maka akan dipilih.
"Padahal alasan itu tidak sepenuhnya benar. Saya melihat justru terbesarnya karena para calon-calon itu, memanjakan masyarakat dengan memberikan uang dan sembako dengan dalih kegiatan sosial, namun sebenarnya untuk kepentingan politik," imbuhnya.
Dia menjelaskan, alasan pertama bisa dilihat dari sisi pemimpinnya sendiri, yang memang dari awal memberikan berbagai hadiah, berupa amplop dan sembako kepada masyarakat untuk meraih simpati publik.
"Ini kemudian menimbulkan kebiasaan berulang, yang kemudian akhirnya masyarakat pun menjadikan itu sebagai kebiasaan yang harus diberikan oleh calon-calon yang akan bertarung dalam pemilu atau pilkada," ungkapnya kepada Sindonews, Kamis (5/9/2013).
Kedua, lanjutnya, ada gejala semacam "balas dendam politik" antara pemilih dengan calon yang dipilih.
"Ini timbul karena pemilih merasa, elit yang dipilih nanti belum tentu akan ingat kepada konstituen (mereka) kalau terpilih. Ini kemudian menimbulkan perilaku-perilaku ada barang atau uang maka kami pilih," katanya.
Kemudian yang ketiga, katanya, ada salah persepsi dari para calon yang bertarung dalam pemilihan umum maupun pilkada, jika memberikan bantuan uang atau sembako maka akan dipilih.
"Padahal alasan itu tidak sepenuhnya benar. Saya melihat justru terbesarnya karena para calon-calon itu, memanjakan masyarakat dengan memberikan uang dan sembako dengan dalih kegiatan sosial, namun sebenarnya untuk kepentingan politik," imbuhnya.
(stb)