Pilihan warga Jatim
A
A
A
PASANGAN Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) unggul dalam Pilkada Jawa Timur (Jatim) versi hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei. Menurut perhitungan Indonesia Research Center (IRC), pasangan petahana ini memperoleh dukungan 47,36% mengungguli pesaing terberatnya, pasangan Khofifah-Herman (Berkah), yang mendapatkan dukungan 37,28%.
Sementara kandidat lain Bambang DH-Said Abdullah (Jempol) dan pasangan Eggi Sudjana-M Sihat (Beres) masingmasing mendapat 12,92% dan 2,44%. Quick count memang bukan patokan untuk menentukan pemenang Pilkada Jatim. Penentuan siapa gubernur dan wakil gubernur untuk lima tahun ke depan akan ditetapkan dalam beberapa waktu ke depan, menunggu hasil penghitungan KPUD Jatim.
Tapi biasanya hasil hitungan riil tidak jauh beda dengan hasil quick count, meskipun tidak selalu demikian. Ada faktor kesalahan yang sangat mungkin terjadi. Karena itu, tiap pasangan calon sebaiknya mengerahkan semua relawan dan kadernya untuk mengawal hitungan suara riil yang diselenggarakan KPU. Proses penghitungan suara, rekapitulasi, dan pelaporan adalah peluang-peluang terjadinya kecurangan itu.
Karena itu KPU dan panitia pemilu harus benar-benar diawasi sehingga tidak terjadi kecurangan yang akan menghancurkan demokrasi. Kemenangan yang dibumbui dengan kecurangan akan mengurangi makna kemenangan itu. Jika memang perolehan quick count sama dengan hasil penghitungan KPU, pasangan Karsa akan kembali memimpin Jatim 5 tahun mendatang. Rakyat Jatim berharap Karsa bisa bekerja lebih baik untuk memajukan Jatim.
Adapun Khofifah dan pendukungnya harus legawa jika memang KPU menetapkan kemenangan Karsa. Bagaimanapun Khofifah dan pendukungnya telah berusaha dan bekerja keras memenangi pemilu dengan segala keterbatasan mereka. Perjuangan Khofifah dari awal memang berat.
Keikutsertaan pasangan yang didukung PKB dan sejumlah partai ini pun harus diputuskan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang sempat diikuti dengan pemecatan anggota KPUD Jatim yang dianggap tidak netral.
Situasi yang sempat memanas di awal itu ikut memengaruhi kesiapan tim Berkah untuk bekerja maksimal. Namun inilah politik. Aroma persaingan keras antarkandidat semestinya tidak berlanjut jika hasil resmi telah diumumkan. Jika memang terjadi kecurangan, semua wajib dilaporkan berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti untuk meyakinkan hakim. Kita berharap Pilkada Jatim yang diwarnai rivalitas politik yang panas tidak berkepanjangan setelah pilkada usai.
Kini giliran pemenang pilkada yang harus memberikan yang terbaik kepada seluruh warga Jatim tanpa kecuali. Banyak agenda penting di Jatim yang harus dituntaskan oleh Karsa jika memang nanti mereka terpilih kembali. Janji-janji kampanye bukanlah retorika kosong tanpa makna. Saatnya pemimpin memenuhi janji-janji itu karena rakyat sudah menunaikan tugasnya sebagai pemilih yang baik.
Karsa juga harus berinisiatif merangkul kandidat lain dan para pendukungnya untuk bersama-sama membangun Jatim yang adil dan sejahtera. Kritik dan saran yang konstruktif yang disampaikan kandidat lain harus diakomodasi demi kemajuan Jatim. Problem-problem besar seperti masalah warga korban lumpur Lapindo harus segera diatasi agar tidak berlarut-larut. Gubernur dan wagub terpilih harus proaktif menuntaskan masalah itu dengan cara khas Jatim.
Demikian pula soal pengungsi Syiah di Sampang dan bibit-bibit konflik lain yang harus segera diantisipasi sedini mungkin. Jatim adalah barometer politik nasional. Apa yang terjadi di Jatim sangat memengaruhi konstelasi politik Jakarta. Siapa pun yang terpilih harus mampu mengemban tugas menjaga stabilitas politik itu. Ego parpol dan kelompok pun harus dikesampingkan oleh gubernur terpilih jika dia ingin benar-benar mengabdi untuk rakyat. Kita berharap Jatim akan mendapatkan pemimpin baik yang tidak mengecewakan rakyat dalam 5 tahun ke depan.
Sementara kandidat lain Bambang DH-Said Abdullah (Jempol) dan pasangan Eggi Sudjana-M Sihat (Beres) masingmasing mendapat 12,92% dan 2,44%. Quick count memang bukan patokan untuk menentukan pemenang Pilkada Jatim. Penentuan siapa gubernur dan wakil gubernur untuk lima tahun ke depan akan ditetapkan dalam beberapa waktu ke depan, menunggu hasil penghitungan KPUD Jatim.
Tapi biasanya hasil hitungan riil tidak jauh beda dengan hasil quick count, meskipun tidak selalu demikian. Ada faktor kesalahan yang sangat mungkin terjadi. Karena itu, tiap pasangan calon sebaiknya mengerahkan semua relawan dan kadernya untuk mengawal hitungan suara riil yang diselenggarakan KPU. Proses penghitungan suara, rekapitulasi, dan pelaporan adalah peluang-peluang terjadinya kecurangan itu.
Karena itu KPU dan panitia pemilu harus benar-benar diawasi sehingga tidak terjadi kecurangan yang akan menghancurkan demokrasi. Kemenangan yang dibumbui dengan kecurangan akan mengurangi makna kemenangan itu. Jika memang perolehan quick count sama dengan hasil penghitungan KPU, pasangan Karsa akan kembali memimpin Jatim 5 tahun mendatang. Rakyat Jatim berharap Karsa bisa bekerja lebih baik untuk memajukan Jatim.
Adapun Khofifah dan pendukungnya harus legawa jika memang KPU menetapkan kemenangan Karsa. Bagaimanapun Khofifah dan pendukungnya telah berusaha dan bekerja keras memenangi pemilu dengan segala keterbatasan mereka. Perjuangan Khofifah dari awal memang berat.
Keikutsertaan pasangan yang didukung PKB dan sejumlah partai ini pun harus diputuskan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang sempat diikuti dengan pemecatan anggota KPUD Jatim yang dianggap tidak netral.
Situasi yang sempat memanas di awal itu ikut memengaruhi kesiapan tim Berkah untuk bekerja maksimal. Namun inilah politik. Aroma persaingan keras antarkandidat semestinya tidak berlanjut jika hasil resmi telah diumumkan. Jika memang terjadi kecurangan, semua wajib dilaporkan berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti untuk meyakinkan hakim. Kita berharap Pilkada Jatim yang diwarnai rivalitas politik yang panas tidak berkepanjangan setelah pilkada usai.
Kini giliran pemenang pilkada yang harus memberikan yang terbaik kepada seluruh warga Jatim tanpa kecuali. Banyak agenda penting di Jatim yang harus dituntaskan oleh Karsa jika memang nanti mereka terpilih kembali. Janji-janji kampanye bukanlah retorika kosong tanpa makna. Saatnya pemimpin memenuhi janji-janji itu karena rakyat sudah menunaikan tugasnya sebagai pemilih yang baik.
Karsa juga harus berinisiatif merangkul kandidat lain dan para pendukungnya untuk bersama-sama membangun Jatim yang adil dan sejahtera. Kritik dan saran yang konstruktif yang disampaikan kandidat lain harus diakomodasi demi kemajuan Jatim. Problem-problem besar seperti masalah warga korban lumpur Lapindo harus segera diatasi agar tidak berlarut-larut. Gubernur dan wagub terpilih harus proaktif menuntaskan masalah itu dengan cara khas Jatim.
Demikian pula soal pengungsi Syiah di Sampang dan bibit-bibit konflik lain yang harus segera diantisipasi sedini mungkin. Jatim adalah barometer politik nasional. Apa yang terjadi di Jatim sangat memengaruhi konstelasi politik Jakarta. Siapa pun yang terpilih harus mampu mengemban tugas menjaga stabilitas politik itu. Ego parpol dan kelompok pun harus dikesampingkan oleh gubernur terpilih jika dia ingin benar-benar mengabdi untuk rakyat. Kita berharap Jatim akan mendapatkan pemimpin baik yang tidak mengecewakan rakyat dalam 5 tahun ke depan.
(nfl)