Apakah anda sudah merdeka?
A
A
A
BESOK adalah hari kemerdekaan negara kita tercinta, Indonesia, yang ke-68 tahun. Meskipun di televisi dan koran yang sering kali menjadi headlines adalah pejabat demi pejabat tertangkap KPK, dan di pengadilan terbukti bersalah, kita harus tetap merasa bersyukur bahwa kita berada di sebuah negara yang sudah merdeka.
Merdeka yang saya maksud di sini adalah bahwa negara kita sudah diakui dunia sebagai negara yang berdaulat, sejak 17 Agustus 1945. Akan tetapi, apakah negara kita sudah benar-benar ”merdeka”? Pertanyaan ini sering kali menjadi pertanyaan sindiran politikus maupun mahasiswa, dan aktivis terhadap kinerja pemerintah. Negara kita yang begitu kaya atas hasil laut, tetap harus mengimpor ikan tuna yang notabene ditangkap di perairan kita sendiri?
Negara yang luas ini juga harus mengimpor buah-buahan dari Thailand? Semua yang dilakukan pemerintah pasti punya alasan sendiri. Mereka punya analisis sendiri. Saya yakin semua itu dilakukan bukan semata mencari ”gampangnya” saja. Tapi saya juga cukup yakin, kalau mau berusaha... mungkin 5–10 tahun dari sekarang negara kita bisa swasembada pangan. Beberapa hal masih tetap harus impor, tidak masalah, tapi bukan semuanya impor. Kenapa saya bilang 5–10 tahun lagi?
Karena memang hasil yang maksimal tidak akan pernah bisa kita rasakan secara instan. Mana ada sukses yang instan? Semua butuh proses. Ketika dalam proses itu, harus ada kesungguhan untuk menjalaninya, demi sebuah pencapaian yang maksimal. Itu tentang negara kita yang besok ulang tahun ke-68. Bagaimana dengan diri Anda? Apakah Anda sudah ”merdeka”? Untuk sebuah negara yang belum diakui kedaulatannya, tujuan mereka untuk merdeka adalah untuk diakui seluruh dunia bahwa negara tersebut sudah secara hukum ”eksis” di peta dunia.
Tujuannya jelas, arti merdekanya pun jelas. Nah, kalau untuk Anda, sudah tahu belum apa arti merdeka untuk diri Anda? Mungkin untuk anak remaja, arti merdeka bagi mereka adalah ketika mendapatkan kepercayaan oleh orangtuanya untuk boleh bermain dengan teman-temannya. Untuk mahasiswa, mungkin arti merdeka buat mereka adalah ketika mereka bebas memilih jurusan yang mereka inginkan.
Untuk para pekerja kantoran, merdeka untuk mereka adalah ketika mereka dipercaya oleh atasan untuk menggunakan kreativitasnya dalam menyelesaikan tugas yang diberikannya. Bagi entrepreneur, mungkin arti merdekanya adalah ketika mereka bisa bebas pergi dan pulang kantor jam berapa pun yang mereka inginkan, dan bebas mengambil keputusan apapun untuk perusahaan miliknya.
Ini hanyalah daftar contoh-contoh arti merdeka bagi mereka masingmasing. Bagi saya, arti merdeka adalah financial freedom, di mana saya tidak lagi perlu untuk berpikir dan bekerja demi menghasilkan uang untuk kebutuhan keluarga, pendidikan anak, dan gaji karyawan yang ada di perusahaan-perusahaan saya selamanya. Uang memang bukan segalanya, tapi kita harus sadari bahwa uang itu dibutuhkan.
Realitanya, kita hidup di dunia yang memerlukan uang untuk bisa melangsungkan hidup kita. Untuk tinggal, kita butuh rumah. Untuk makan, kita butuh makanan. Kita butuh baju. Kita butuh kendaraan (transportasi) untuk bepergian. Kita butuh hiburan. Dan semua itu hampir tidak ada yang gratisan. Kita butuh uang untuk membeli atau membayar itu semua. Kalau kita mampu meraih yang namanya financial freedom, di mana kita tidak lagi perlu bekerja dengan tujuan mencari nafkah, kebayang kan bahwa hidup kita bisa lebih ”sesuai dengan apa yang kita inginkan”?
Mungkin Anda berpikir, ”Wah, kalau saya sudah tidak perlu bekerja dan uang mengalir masuk terus, saya akan A, B, C, D – Z”. Apakah ini salah? Tidak. Keinginan setiap orang berbeda. Apa yang membuat seseorang bahagia pun berbedabeda. Saat ini, saya sendiri belum ”merdeka". Saya masih harus terus berjuang untuk membesarkan perusahaan-perusahaan yang telah saya lahirkan bersama dengan mitra-mitra bisnis saya.
Saya belum mampu untuk tidak melakukan apa-apa, atau berkeliling dunia tanpa harus memikirkan bagaimana caranya agar uang terus mengalir ke dalam kas saya dan kas perusahaan. Yang pasti, setiap kali saya ”bermimpi” kalau suatu saat saya bisa mencapai financial freedom, saya ingin bisa lebih fokus ke lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan sosial yang ada. Jadi bukan hanya berbagi lewat uang, tapi juga lewat ide, tenaga, dan waktu.
Memang, saat ini saya sudah banyak melakukan kegiatan sosial, tapi menurut saya belum cukup. Saya merasa belum puas. Saya merasa bahwa apabila saya sudah mencapai financial freedom, saya akan mampu lebih banyak lagi berbagi. Itu yang saya inginkan. Anda pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang judulnya Rich Dad Poor Dad? Ini buku yang membuat saya mulai merencanakan financial freedom saya di tahun 2005.
Saat itu saya menjabat sebagai General Manager Oakley Indonesia, dan saya untuk kali pertama menjadi ikut menanam modal dan menjadi shareholder di perusahaan yang saya ciptakan bersama mitra bisnis saya, Rudhy Buntaram. Lahirlah PT Jakarta International Management. Sejak saat itu, saya bersama mitra-mitra bisnis saya lainnya sudah membangun beberapa perusahaan.
Ada yang bertahan hingga sampai sekarang, ada juga yang bangkrut. Belasan unit bisnis yang kami bangun di bawah naungan perusahaan-perusahaan tersebut juga tidak semuanya berjalan mulus. Ada yang semakin berkembang, ada yang masih kerdil, bahkan juga ada yang sudah ditutup. Semua ini saya lakukan, karena memang tujuan saya adalah untuk memiliki financial freedom. Di buku Rich Dad Poor Dad, yang saya jalankan ini masuk ke dalam kuadran ”B” = Bisnis.
Di buku itu juga dijelaskan bahwa financial freedom bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki bisnis dan atau memiliki investasi (saham, sewa-menyewa properti, dan sebagainya). Bagi pekerja kantoran maupun self employed (dokter, MC, pembicara), mereka akan selamanya harus terus bekerja untuk mendapatkan uang. Salah satu deskripsi ”merdeka” atau yang saya maksud dengan financial freedom di sini adalah ketika kita memiliki passive income yang melebihi dari kebutuhan hidup.
Jadi kalau misalnya pemasukan dari royalti buku dan kos-kosan yang disewa-sewain Rp100 juta/bulan, sementara kebutuhan hidup sehari-harinya hanya Rp5 juta, ini baru ”merdeka”, menurut saya. Nah, apa merdeka menurut Anda? Coba renungkan deh. Arti merdeka buat Anda sama dengan apa tujuan yang ingin Anda capai. Kalau Anda tidak tahu apa arti merdeka untuk Anda, berarti Anda saat ini setiap hari hanya menjalankan rutinitas saja. Hidup Anda kemungkinan besar tidak memiliki makna.
Mana enak sih hidup seperti itu? Menurut saya, apa pun arti merdeka buat setiap orang pastinya berbeda-beda, dan tidak ada yang salah. Negara kita sudah merdeka, dengan segala kekurangannya. Apakah Anda sudah merdeka, atau setidaknya, apakah Anda sudah sedang berjuang demi kemerdekaan hidup Anda? See you ON TOP!
BILLY BOEN
CEO PT YOT Nusantara
Director PT Jakarta International Management
Shareholder, Rolling Stone Café
Facebook.com/billyboenYOT
@billyboen
Penulis Buku ”Young On Top”, ”TOP Words”, dan ”TOP Words2”
www.youngontop.com
Merdeka yang saya maksud di sini adalah bahwa negara kita sudah diakui dunia sebagai negara yang berdaulat, sejak 17 Agustus 1945. Akan tetapi, apakah negara kita sudah benar-benar ”merdeka”? Pertanyaan ini sering kali menjadi pertanyaan sindiran politikus maupun mahasiswa, dan aktivis terhadap kinerja pemerintah. Negara kita yang begitu kaya atas hasil laut, tetap harus mengimpor ikan tuna yang notabene ditangkap di perairan kita sendiri?
Negara yang luas ini juga harus mengimpor buah-buahan dari Thailand? Semua yang dilakukan pemerintah pasti punya alasan sendiri. Mereka punya analisis sendiri. Saya yakin semua itu dilakukan bukan semata mencari ”gampangnya” saja. Tapi saya juga cukup yakin, kalau mau berusaha... mungkin 5–10 tahun dari sekarang negara kita bisa swasembada pangan. Beberapa hal masih tetap harus impor, tidak masalah, tapi bukan semuanya impor. Kenapa saya bilang 5–10 tahun lagi?
Karena memang hasil yang maksimal tidak akan pernah bisa kita rasakan secara instan. Mana ada sukses yang instan? Semua butuh proses. Ketika dalam proses itu, harus ada kesungguhan untuk menjalaninya, demi sebuah pencapaian yang maksimal. Itu tentang negara kita yang besok ulang tahun ke-68. Bagaimana dengan diri Anda? Apakah Anda sudah ”merdeka”? Untuk sebuah negara yang belum diakui kedaulatannya, tujuan mereka untuk merdeka adalah untuk diakui seluruh dunia bahwa negara tersebut sudah secara hukum ”eksis” di peta dunia.
Tujuannya jelas, arti merdekanya pun jelas. Nah, kalau untuk Anda, sudah tahu belum apa arti merdeka untuk diri Anda? Mungkin untuk anak remaja, arti merdeka bagi mereka adalah ketika mendapatkan kepercayaan oleh orangtuanya untuk boleh bermain dengan teman-temannya. Untuk mahasiswa, mungkin arti merdeka buat mereka adalah ketika mereka bebas memilih jurusan yang mereka inginkan.
Untuk para pekerja kantoran, merdeka untuk mereka adalah ketika mereka dipercaya oleh atasan untuk menggunakan kreativitasnya dalam menyelesaikan tugas yang diberikannya. Bagi entrepreneur, mungkin arti merdekanya adalah ketika mereka bisa bebas pergi dan pulang kantor jam berapa pun yang mereka inginkan, dan bebas mengambil keputusan apapun untuk perusahaan miliknya.
Ini hanyalah daftar contoh-contoh arti merdeka bagi mereka masingmasing. Bagi saya, arti merdeka adalah financial freedom, di mana saya tidak lagi perlu untuk berpikir dan bekerja demi menghasilkan uang untuk kebutuhan keluarga, pendidikan anak, dan gaji karyawan yang ada di perusahaan-perusahaan saya selamanya. Uang memang bukan segalanya, tapi kita harus sadari bahwa uang itu dibutuhkan.
Realitanya, kita hidup di dunia yang memerlukan uang untuk bisa melangsungkan hidup kita. Untuk tinggal, kita butuh rumah. Untuk makan, kita butuh makanan. Kita butuh baju. Kita butuh kendaraan (transportasi) untuk bepergian. Kita butuh hiburan. Dan semua itu hampir tidak ada yang gratisan. Kita butuh uang untuk membeli atau membayar itu semua. Kalau kita mampu meraih yang namanya financial freedom, di mana kita tidak lagi perlu bekerja dengan tujuan mencari nafkah, kebayang kan bahwa hidup kita bisa lebih ”sesuai dengan apa yang kita inginkan”?
Mungkin Anda berpikir, ”Wah, kalau saya sudah tidak perlu bekerja dan uang mengalir masuk terus, saya akan A, B, C, D – Z”. Apakah ini salah? Tidak. Keinginan setiap orang berbeda. Apa yang membuat seseorang bahagia pun berbedabeda. Saat ini, saya sendiri belum ”merdeka". Saya masih harus terus berjuang untuk membesarkan perusahaan-perusahaan yang telah saya lahirkan bersama dengan mitra-mitra bisnis saya.
Saya belum mampu untuk tidak melakukan apa-apa, atau berkeliling dunia tanpa harus memikirkan bagaimana caranya agar uang terus mengalir ke dalam kas saya dan kas perusahaan. Yang pasti, setiap kali saya ”bermimpi” kalau suatu saat saya bisa mencapai financial freedom, saya ingin bisa lebih fokus ke lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan sosial yang ada. Jadi bukan hanya berbagi lewat uang, tapi juga lewat ide, tenaga, dan waktu.
Memang, saat ini saya sudah banyak melakukan kegiatan sosial, tapi menurut saya belum cukup. Saya merasa belum puas. Saya merasa bahwa apabila saya sudah mencapai financial freedom, saya akan mampu lebih banyak lagi berbagi. Itu yang saya inginkan. Anda pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang judulnya Rich Dad Poor Dad? Ini buku yang membuat saya mulai merencanakan financial freedom saya di tahun 2005.
Saat itu saya menjabat sebagai General Manager Oakley Indonesia, dan saya untuk kali pertama menjadi ikut menanam modal dan menjadi shareholder di perusahaan yang saya ciptakan bersama mitra bisnis saya, Rudhy Buntaram. Lahirlah PT Jakarta International Management. Sejak saat itu, saya bersama mitra-mitra bisnis saya lainnya sudah membangun beberapa perusahaan.
Ada yang bertahan hingga sampai sekarang, ada juga yang bangkrut. Belasan unit bisnis yang kami bangun di bawah naungan perusahaan-perusahaan tersebut juga tidak semuanya berjalan mulus. Ada yang semakin berkembang, ada yang masih kerdil, bahkan juga ada yang sudah ditutup. Semua ini saya lakukan, karena memang tujuan saya adalah untuk memiliki financial freedom. Di buku Rich Dad Poor Dad, yang saya jalankan ini masuk ke dalam kuadran ”B” = Bisnis.
Di buku itu juga dijelaskan bahwa financial freedom bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki bisnis dan atau memiliki investasi (saham, sewa-menyewa properti, dan sebagainya). Bagi pekerja kantoran maupun self employed (dokter, MC, pembicara), mereka akan selamanya harus terus bekerja untuk mendapatkan uang. Salah satu deskripsi ”merdeka” atau yang saya maksud dengan financial freedom di sini adalah ketika kita memiliki passive income yang melebihi dari kebutuhan hidup.
Jadi kalau misalnya pemasukan dari royalti buku dan kos-kosan yang disewa-sewain Rp100 juta/bulan, sementara kebutuhan hidup sehari-harinya hanya Rp5 juta, ini baru ”merdeka”, menurut saya. Nah, apa merdeka menurut Anda? Coba renungkan deh. Arti merdeka buat Anda sama dengan apa tujuan yang ingin Anda capai. Kalau Anda tidak tahu apa arti merdeka untuk Anda, berarti Anda saat ini setiap hari hanya menjalankan rutinitas saja. Hidup Anda kemungkinan besar tidak memiliki makna.
Mana enak sih hidup seperti itu? Menurut saya, apa pun arti merdeka buat setiap orang pastinya berbeda-beda, dan tidak ada yang salah. Negara kita sudah merdeka, dengan segala kekurangannya. Apakah Anda sudah merdeka, atau setidaknya, apakah Anda sudah sedang berjuang demi kemerdekaan hidup Anda? See you ON TOP!
BILLY BOEN
CEO PT YOT Nusantara
Director PT Jakarta International Management
Shareholder, Rolling Stone Café
Facebook.com/billyboenYOT
@billyboen
Penulis Buku ”Young On Top”, ”TOP Words”, dan ”TOP Words2”
www.youngontop.com
(hyk)