PPLN Qatar curhat sulit jaring partisipasi pemilih
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Muhamad Kamaluddin mengatakan butuh kerja ekstra untuk meningkatkan partisipasi pemilih WNI di luar negeri. Bahkan, PPLN harus mengunjungi tempat tinggal dari masing-masing warga.
Menurutnya, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam melakukan sosialisasi atau menjaring pemilih di Qatar. Pihaknya, harus bisa membagi waktu supaya banyak warga Indonesia yang terkunjungi untuk didata dan diajak.
"Meningkatkan animo supaya banyak berpartispasi ini tidak mudah, DPS (Daftar Pemilih Sementara) sudah meningkat, tapi belum maksimal," kata Kamaluddin saat diskusi di kantor KPU, Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Dalam melakukan sosialisasi, kata Kamaluddin, memanfaatkan sosial media seperti Facebook, Twitter, atau melakukan tatap muka dengan pemilih, supaya mau berpartisipasi dalam pemilu 2014 nanti.
Kendala lain, kata Kamaluddin, mengakses warga khususnya yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Sangat sulit diakses. Apalagi ketika sampai pertama kali di Qatar tidak meninggalkan data lengkap atau tidak melapor. Maka, harus didatangi satu persatu untuk didata.
"Kebanyakan pengguna PRT disana tidak berkenan kita menghubungi mereka langsung," tukasnya.
Menurutnya, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam melakukan sosialisasi atau menjaring pemilih di Qatar. Pihaknya, harus bisa membagi waktu supaya banyak warga Indonesia yang terkunjungi untuk didata dan diajak.
"Meningkatkan animo supaya banyak berpartispasi ini tidak mudah, DPS (Daftar Pemilih Sementara) sudah meningkat, tapi belum maksimal," kata Kamaluddin saat diskusi di kantor KPU, Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Dalam melakukan sosialisasi, kata Kamaluddin, memanfaatkan sosial media seperti Facebook, Twitter, atau melakukan tatap muka dengan pemilih, supaya mau berpartisipasi dalam pemilu 2014 nanti.
Kendala lain, kata Kamaluddin, mengakses warga khususnya yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Sangat sulit diakses. Apalagi ketika sampai pertama kali di Qatar tidak meninggalkan data lengkap atau tidak melapor. Maka, harus didatangi satu persatu untuk didata.
"Kebanyakan pengguna PRT disana tidak berkenan kita menghubungi mereka langsung," tukasnya.
(kri)