Partai Islam anjlok tunjukkan Umat Islam semakin cerdas

Kamis, 15 Agustus 2013 - 00:01 WIB
Partai Islam anjlok tunjukkan Umat Islam semakin cerdas
Partai Islam anjlok tunjukkan Umat Islam semakin cerdas
A A A
Sindonews.com - Turunnya elektabilitas Partai Islam menunjukkan umat Islam di Indonesia sudah semakin cerdas dalam menentukkan pilihannya. Pasalnya, mereka tidak lagi terjebak pada simbol-simbol keagamaan saja dalam menentukan pilihannya.

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Saleh Partaonan Daulay mengatakan beberapa survei menyatakan partai Islam akan anjlok pada pemilu yang akan datang hal tersebut sah saja. Namun demikian hal yang perlu dicatat, anjloknya partai-partai itu bukan karena anjloknya suara Umat Islam.

"Sebab, Umat Islam sendiri saat ini sudah semakin cerdas. Mereka tidak lagi memilih simbol dan lambang," katanya saat dihubung SINDO di Jakarta, Rabu (14/8/2013).

Saleh mengatakan saat ini Umat Islam memilih berdasarkan kapasitas dan integritas calon legislator (caleg). Kalau calon tersebut terdapat di partai Islam, tentu mereka memilih calon dari partai itu.

"Tetapi jika calonnya ada di partai non-Islam, mereka tentu memilih partai non-Islam itu," katanya.

Menurutnya hal yang perlu dipertegas dari awal adalah terkait identitas partai Islam itu sendiri. Terdapat banyak pertanyaan yang mesti dijawab sebelum membuat dikotomi partai Islam dan non-Islam.

"Jangan-jangan partai-partai Islam itu hanya sekedar menjual label dan simbol. Sementara, aktivitas dan gerakannya tidak berbeda dengan partai-partai yang ada pada umumnya," katanya.

Kemudian apakah tokoh-tokoh Islam yang berafiliasi dengan partai-partai non-Islam tidak dianggap merepresentasikan Umat Islam. Faktanya, di partai-partai yang tidak berlabel Islam terdapat sejumlah tokoh Islam yang militansi dan perjuangannya bahkan melebihi mereka yang berada di partai-partai Islam.

Oleh karena itu dengan tingkat kesadaran masyarakat yang semakin membaik, politik aliran sudah tidak tepat lagi dijadikan sebagai pisau analisis. Terbukti, di banyak tempat, seorang pemilih memberikan hak suaranya di tiga partai yang berbeda. Katakanlah, misalnya, untuk DPRD Kab/kota, dia memilih partai A, DPRD Provinsi memilih partai B, sementara untuk DPR RI memilih partai C.

"Pada situasi seperti ini, sang pemilih sudah tidak lagi memilih identitas partainya, tetapi lebih memilih kapasitas dan integritas calon yang diusung oleh partainya. Pada titik ini, tidak ada lagi pengaruh label dan simbol partai," katanya.

Kemudian partai Islam sangat ekslusif dan terkesan menutup pintu bagi tokoh-tokoh yang akan bergabung sehingga Partai Islam dinilai saat ini miskin figur. Kemudian, tokoh-tokoh Islam banyak yang lebih tertarik bergabung dengan partai-partai non-Islam dibandingkan dengan partai Islam.

"Di dalam partai non-Islam, kreativitas dalam mengaktualisasikan kepentingan politik lebih bebas karena tidak terikat dengan label Islam," katanya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah ini mengatakan Partai Islam harus bekerja keras untuk meyakinkan masyarakat bahwa caleg-caleg yang mereka usung adalah caleg yang memiliki kapasitas dan integritas yang baik. Di tengah krisis kepercayaan terhadap partai politik, upaya serius yang mesti dilakukan adalah pendekatan kepada masyarakat melalui caleg-calegnya secara langsung.

"Masa keemasan simbol partai kelihatannya sudah berlalu. Karena itu, jika nanti ada partai yang menang pemilu, itu bukan hanya prestasi partainya, tetapi lebih pada kerja keras caleg-calegnya dalam meyakinkan masyarakat pemilih," katanya.

Semua partai harus berkompetisi secara sehat dengan mengajukan caleg yang betul-betul layak baik dari segi kapasitas intelektual, maupun integritas moral. Kemudian partai politik harus kembali mengarahkan fungsinya sebagai alat untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik masyarakat, bangsa dan negara.

"Bila kepentingan masyarakat didahulukan di atas kepentingan pribadi dan kelompok, maka kepercayaan masyarakat lambat laun akan tumbuh lagi," katanya.
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7912 seconds (0.1#10.140)