Pemerintah akan bangun 24 autis center

Senin, 05 Agustus 2013 - 00:46 WIB
Pemerintah akan bangun...
Pemerintah akan bangun 24 autis center
A A A
Sindonews.com - Pemerintah tahun ini akan membangun 24 pusat rehabilitasi autis. Autis center ini dibutuhkan karena semakin banyak anak Indonesia yang menderita autis.

Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Ditjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Mudjito mengatakan, saat ini baru ada empat autis center yakni di Malang, Banjarmasin, Pekanbaru dan DKI Jakarta.

Kemendikbud merasa jumlah pusat rehabilitasi ini kurang sehingga ditambahkan 24 autis center baru. “Kami akan siapkan alat-alat serta tenaga kesehatan serta pendidiknya,” katanya di SLB-A Pembina, Jakarta, Minggu (4/8/2013).

Autis center berguna sebagai pendeteksi awal anak autis di usia sekolah. Di pusat rehabilitasi ini mereka akan diterapi sebelum dimasukkan ke sekolah. Mudjito menjelaskan, akan sangat sulit bagi anak penderita autis jika masuk ke sekolah tanpa dideteksi seberapa berat tingkat autis yang diderita. "Di pusat rehabilitasi ini tidak hanya anak namun orang tua penderita juga akan diberikan pelatihan dan pengetahuan," ucapnya.

Mudjito menjelaskan, ditambahnya autis center ini karena empat tempat lama sudah tidak mampu menampung peminat baru. Contohnya autis center di Malang yang hanya berkapasitas 50 orang namun sudah mempunyai daftar tunggu ratusan orang. kelebihannya lagi karena autis center milik Kemendikbud ini menerapkan subsidi silang. “Kami tidak akan meminta biaya jika orang tua penderita hanya sebagai tukang tambal ban,” ungkapnya.

Mudjito menjelaskan, untuk mendirikan 21 autis center dibutuhkan dana Rp106 miliar. Masing-masing Autis Center dialokasikan sebesar Rp5-6 miliar. Kemendikbud dalam hal ini akan bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk proses pembangunan masing-masing center. Sementara pemerintah daerah yang akan mencari lokasi pembangunan autis center tersebut.

Untuk pemenuhan sumber daya pembimbing dan pendidik anak autis, Kemendikbud akan bekerja sama dengan pemerintah daerah. Bahkan guru yang sudah ada ditawari untuk dilatih di pusat terapi autis professional di Australia. “Kita ada MoU dengan mereka (pemerintah daerah),menyiapkan tenaga pengajar maupun pembimbing dan terapi. Terapi wicara dan terapi okupasi,” kata Mudjito.

Mudjito menerangkan, pembangunan autis center dilandasi oleh perkembangan jumlah anak autis yang semakin banyak. Dari tahun ke tahun, prevalensi kelahiran anak autis semakin menunjukkan angka yang dramatis. Kalau dulu diperkirakan anak autis ada diantara 10.000 anak normal, maka tahun ini jumlah tersebut meningkat dengan perbandingan 1:5000 hingga 1:1000.

Mudjito mengakui, pendataan anak autis di Indonesia sulit untuk dilakukan. Karena budaya masyarakat Indonesia yang menyembunyikan keberadaan anaknya yang autis karena malu. “Kalau di negara lain, Amerika misalnya, orang tua akan bangga mengenalkan anak-anak mereka meski mereka autis,” tuturnya.

Meningkatnya jumlah anak autis di Indonesia, kata Mudjito, disebabkan makin banyaknya anak-anak lahir di daerah yang disebabkan kerusakan lingkungan makin parah. Dia menuturkan, meski anak autis memiliki IQ yang tinggi, mereka harus ditolong agar lebih berkembang dan mampu bersosialisasi di masyarakat. Namun pendekatan ke masyarakat umum juga harus dilakukan agar ada sikap toleransi ke anak-anak penderita autis.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0363 seconds (0.1#10.140)