Parpol tak serius lakukan rekrutmen caleg

Kamis, 01 Agustus 2013 - 02:02 WIB
Parpol tak serius lakukan rekrutmen caleg
Parpol tak serius lakukan rekrutmen caleg
A A A
Sindonews.com - Hasil survei bahwa calon anggota legislatif (caleg) tidak berkontribusi terhadap pemenangan partai politik (parpol), menunjukkan ada yang salah dalam rekruitmen caleg.

Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Dwipayana mengatakan, popularitas caleg tidak mendongkrak elektabilitas partai karena masyarakat lebih mengenal partai.

"Itu artinya partai tidak serius menjalankan sistem rekruitmen yang bisa membuat masyarakat mengenal kandidat itu," kata Ari saat dihubungi KORAN SINDO, Rabu (31/7/2013).

Ari mengatakan, hal ini memang tergantung pada sistem rekruitmen. Saat ini memang banyak caleg yang muncul secara instan. Tidak ada upaya untuk mengakarkan diri terlebih dahulu. "Tidak dikenal atau memiliki basis kuat begitu saja di partai. Artinya ada persoalan serius mengenai sistem rekruitmen caleg di di sebuah dapil," ucapnya.

Dia menilai, harus ada sistem rekruitmen yang baik di partai. Kandidat yang ditawarkan haruslah lebih mengakar. Namun yang terjadi sekarang kandidat yang muncul menjadi caleg sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat.

"Tidak ada proses sebelumnya yang membuat caleg itu menjadi caleg yang mengakar. Harusnya caleg yang dicalonkan memiliki akar sosial yang kuat," ujarnya.

Menurutnya, apa yang ditemukan dalam survei ini adalah sebuah anomali. Pasalnya, saat ini identitas kepartaian di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini terjadi sejak Pemilu 2009 lalu, di mana di tahun 1999 yang identitas partainya cukup kuat.

"Identifikasi kepartaian yakni tingkat emosional pemilih dengan partai itu semakin kecil atau menurun. Jadi loyalitas partai itu cukup kecil," ungkapnya.

Namun demikian, di beberapa partai mengalami perbedaan. Pasalnya memang ada partai yang loyalitas pemilih terhadap partai tinggi. Tetapi ada juga loyalitas terhadap partainya rendah. "Artinya memang bervariasi. Partai-partai tingkat loyalitasnya tinggi itu ikatan pemilih terhadap partai lebih tinggi dibanding terhadap kandidat. Begitu sebabliknya," ungkapnya

Ari mengatakan pemilih pertama harus melihat partai kemudian melihat calegnya. Karena bagaimanapun sekarang ini suara di DPR itu suara partai bukan suara individual. "Ini sistem yang kita miliki base on party. Sehingga pemilih melihat kepada partai terlebih dahulu. Partai apa yang kemudian yang dipilih baru memilih kandidat," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Hanura, Sarifuddin Sudding mengatakan, seharusnya caleglah yang lebih berpengaruh dalam pemenangan partai. Pasalanya menurut dia jika dilihat pada tingkat dasar, caleg yang berinteraksi langsung kepada masyarakat.

"Justru malah ditentukan faktor figur bukan dari faktor partai. Saya lebih condong melihat bahwa keterpilihan seseorang dalam pemilihan umum apakah pileg ataupun pilkada ditentukan oleh faktor figur," ungkapnya.

Dia melihat di beberapa daerah baik dalam pileg maupun pilkada, figur lebih dominan dan menentukan dibanding partai. Sarifuddin menilai, kecenderungan pemilih melihat partai karena terkait persoalan teknis. Pemilih cenderung enggan membaca deretan nama caleg sehingga memilih parpol.

"Jadi lebih mudah memilih langsung partai saja tanpa harus meliha nama-nama caleg sekian banyak. Masyarakat ribet dengan terlalu banyaknya pilihan-pilihan," ungkapnya.

Namun untuk pemilihan kepala daerah hal ini tidak banyak berlaku karena kandidatnya tidak terlalu banyak. Sehingga lebih kepada faktor figur.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Indra mengatakan, hal tersebut tidak dapat diberlakukan kepada semua partai. Hal ini menurutnya bergantung pada sepak terjang figur tersebut. "Caleg yang popularitasnya rendah dan tidak punya karya maka akan mendompleng popularitas partai," ujarnya.

Ketika seorang caleg memiliki karya, dikenal masyarakat dan memiliki ketokohan maka akan berpengaruh pada elektabilitas partai. "Misalnya di daerah X, sebelumnya si Partai A tidak memiliki kursi. Namun ketika mencalonkan kandidat yang memiliki karya dan populer membuat partai tersebut memiliki kursi," ungkapnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5309 seconds (0.1#10.140)