Koalisi Golkar & NasDem terlalu prematur
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto menilai, terlalu cepat jika Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem) digadang-gadang akan berkoalisi.
"Saya melihat masih terlalu prematur (cepat) untuk mengatakan, bahwa Partai NasDem akan koalisi dengan Golkar," ujar Gun Gun di Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/7/2013).
Menurutnya, bisa saja saat ini Golkar dan NasDem dalam posisi mencari sinergi. Tapi sinergi itu belum tentu berujung pada koalisi. "Tapi tentu itu akan dipengaruhi situasi dinamis pada pileg (pemilu legislatif) nanti," ungkapnya.
Soal kans koalisi, menurutnya semua masih terbuka. Tapi koalisi kemungkinan baru akan terlihat setelah April 2014. Sebab setidaknya semua partai politik (parpol) sudah merancang berbagai strategi untuk memenangkan pileg dan pemilu presiden (pilpres).
Gun Gun mengatakan, terkait koalisi, semua memang masih terbuka. Tapi yang terjadi saat ini baru sebatas penjajakan. "Misalnya, seperti Prabowo datang ke SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono). Itu juga terlalu prematur (untuk disimpulkan akan koalisi)," tandas Gun Gun.
Sebelumnya, meskipun telah berbeda partai dan pandangan politik, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, tetap mengundang Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, dalam acara buka puasa bersama yang diselenggarakan Dewab Pimpinan Pusat (DPP) NasDem.
Menurutnya, sekalipun berbeda pandangan politik, namun persahabatan antara keduanya tetap terjalin harmonis. Hal itu terbukti dengan hadirnya Ical, sapaan akrab Aburizal, dalam buka puasa bersama.
"Kalian tidak bisa menilai persahabatan saya berpuluh-puluh tahun, terlepas adanya dinamika persahabatan kami, tetap terjaga dan kita saling membantu," ujar Surya Paloh di Kantor NasDem, Jakarta, Rabu 10 Juli 2013.
Bukan itu saja, dia berpendapat selalu ada perbedaan dalam dinamika politik. Tetapi jika suatu saat dirinya dibutuhkan untuk membantu Ical, maka sebagai sahabat dirinya dengan senang hati akan membantu. "Kalau Ical minta bantuan, saya akan siap membantu, kalau tidak sanggup ya gimana. Bukan tidak mungkin komunikasi politik dengan saling menghargai dan respek," tambahnya.
"Saya melihat masih terlalu prematur (cepat) untuk mengatakan, bahwa Partai NasDem akan koalisi dengan Golkar," ujar Gun Gun di Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/7/2013).
Menurutnya, bisa saja saat ini Golkar dan NasDem dalam posisi mencari sinergi. Tapi sinergi itu belum tentu berujung pada koalisi. "Tapi tentu itu akan dipengaruhi situasi dinamis pada pileg (pemilu legislatif) nanti," ungkapnya.
Soal kans koalisi, menurutnya semua masih terbuka. Tapi koalisi kemungkinan baru akan terlihat setelah April 2014. Sebab setidaknya semua partai politik (parpol) sudah merancang berbagai strategi untuk memenangkan pileg dan pemilu presiden (pilpres).
Gun Gun mengatakan, terkait koalisi, semua memang masih terbuka. Tapi yang terjadi saat ini baru sebatas penjajakan. "Misalnya, seperti Prabowo datang ke SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono). Itu juga terlalu prematur (untuk disimpulkan akan koalisi)," tandas Gun Gun.
Sebelumnya, meskipun telah berbeda partai dan pandangan politik, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, tetap mengundang Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, dalam acara buka puasa bersama yang diselenggarakan Dewab Pimpinan Pusat (DPP) NasDem.
Menurutnya, sekalipun berbeda pandangan politik, namun persahabatan antara keduanya tetap terjalin harmonis. Hal itu terbukti dengan hadirnya Ical, sapaan akrab Aburizal, dalam buka puasa bersama.
"Kalian tidak bisa menilai persahabatan saya berpuluh-puluh tahun, terlepas adanya dinamika persahabatan kami, tetap terjaga dan kita saling membantu," ujar Surya Paloh di Kantor NasDem, Jakarta, Rabu 10 Juli 2013.
Bukan itu saja, dia berpendapat selalu ada perbedaan dalam dinamika politik. Tetapi jika suatu saat dirinya dibutuhkan untuk membantu Ical, maka sebagai sahabat dirinya dengan senang hati akan membantu. "Kalau Ical minta bantuan, saya akan siap membantu, kalau tidak sanggup ya gimana. Bukan tidak mungkin komunikasi politik dengan saling menghargai dan respek," tambahnya.
(maf)