Jelang puasa, 5 pimpinan KPK kompak layani wartawan
A
A
A
Sindonews.com - Tak seperti biasanya, ruang pers Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) begitu riuh rendah. Apa pasal? Lima pimpinan KPK yakni Abraham Samad, Zulkarnain, Adnan Pandu Praja, dan Bambang Widjojanto, secara tiba-tiba serempak terlihat menyambangi ruangan ukuran 6 x 4 meter itu.
Lima pimpinan itu secara berurutan tampak keluar dari ruang gedung steril KPK. Lima pimpinan itu semua terlihat tersenyum lebar menyalami seluruh wartawan.
Uniknya, Abraham Samad yang mengenakan jas biru dongker, tanpa canggung menyalami seluruh wartawan, baik yang berada di ruang pers atau di luar gedung KPK sambil mengucapkan selamat berpuasa.
Disinggung soal kasus-kasus yang sedang ditangani KPK, pendiri Anti Corruption Commission (ACC) Makassar ini hanya tersenyum. "Kita salaman dulu lah. Selamat berpuasa. Kita sambutlah bulan puasa ini dengan suka cita," ungkap Abraham dengan suara renyah di depan ruangan Pers KPK, Jumat (5/7/2013) malam.
Abraham kemudian melayani sejumlah pertanyaan wartawan terkait kasus Century, Hambalang, IT Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, PLTU Tarahan Lampung, Luthfi Hasan Ishaaq-Ahmad Fathanah, dan pengurusan perkara bansos Pemkot Bandung. Setelah itu dia memasuki ruangan pers yang di dalamnya sedang duduk penuh canda antara Busyro, Zulkarnain, dan Adnan Pandu bersama beberapa wartawan.
Sementara ini Bambang Widjojanto yang berada di samping Abraham terus tersenyum. Disinggung soal kasus, dia menolak. Mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) ini malah asik masuk bercanda dengan wartawan.
Sesekali Bambang yang mengenakan baju 'semi' koko putih lengan pendik ini mencolek telinga salah satu wartawan atau menggelitik leher wartawan lainnya. "Kalau saya puasa ikut pemerintah saja lah. Kan saya sudah izin sama Pak BM (Busyro Muqoddas). Soal 'hadiah' puasa nantilah. Hehehe," ujarnya sambil tertawa.
Berikutnya dia melayani sejumlah pertanyaan wartawan soal kasus korupsi seperti Hambalang, PON Riau, Hutan Pelawawan-Siak Riau, Pengurusan Perkara Bansos Pemkot, dan beberapa lainnya.
Di dalam ruang pers, Busyro terus mengeluarkan candaan. Sesekali dia melihat dan mengomentari soal air conditioner (AC) ruang wartawan. Mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) itu menyatakan, kedatangannya hanya ingin bersilaturahmi. Disinggung soal kasus Busyro malah tertawa sembari mengomentari soal AC. "Saya datang kemari kan buat lihat AC dan kondisi ruangan kalian (wartawan)," imbuhnya sambil tersenyum lebar.
Di dalam ruangan pers Busyro, Zulkarnain, dan Adnan duduk sejajar. Mendengar pernyataan itu Adnan, Zulkarnain, dan Abraham serta wartawan langsung tertawa lebar. Disinggung soal hadiah atau parsel bagi pejabat, di antara empat pimpinan itu Zulkarnain yang mengenakan jas hitam langsung mengambil bagian untuk menjawab. "Menerima boleh. Tapi kan setiap penerimaan penyelenggara negara itu harus disampaikan ke KPK," jelasnya.
Abraham yang sedari tadi tersenyum langsung mengucapkan beberapa kalimat candaan. Pria asal Makassar ini dengan suara terbahak-bahak mengatakan, siapa tahu ada kardus duren, kardus manggrove, atau kardus bibit.
Kardus duren mengingatkan kita pada kasus dugaan suap pengurusan suap dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Terpadu (PPIDT) sebesar Rp1,5 miliar yang menjerat Fauzi dan Ali Mudori, yang diduga sebagai dua orang dekat Menekertrans Muhaimin Iskandar. "Iya kan siap tahu ada kardus-kardus itu," ujarnya.
Mendengar candaan itu, beberapa wartawan langsung menimpali apakah yang dimaksud 'kardus bibit' berkaitan dengan 'kopi atau jagung' yang terungkap di persidangan terdakwa mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah. "Ah, kalian ini bisa saja," jawab Abraham.
Berikutnya, para wartawan berusaha mencari tahu alasan KPK belum menahan beberapa tersangka seperti tersangka penerima suap pengurusan anggaran PLTU Tarahan Izendrik Emir Moeis, tersangka Hambalang Andi Alfian Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Dengan lugas para pimpinan menceritakan tidak ada diskriminatif apapun. "RDU (Ratna Dewi Umar) kita tahan setelah disidik kasusnya sekira dua atau tiga tahun. Kasus Tomohon tersangkanya baru kita tahan 2 tahun," ungkap Abraham.
Mendengar jawaban itu, KORAN SINDO langsung menanyakan soal dugaan mangkraknya penyidikan kasus Emir apakah ada penghalangan pemeriksaan saksi oleh FBI Amerika Serikat. Mendengar perntanyaan itu, Abraham langsung menjawab dengan suara lantang sambil tersenyum. "Tunggu sajalah, Emir itu hadiah puasa buat Sabir," selorohnya.
Sebelum mengakhiri silarurahmi dadakan, Bambang Widjojanto menceritakan, dalam pengusutan beberapa kasus korupsi KPK ada hal yang cukup bagus usai lebaran Idul Fitri 1434 Hijriyah. Dikonfirmasi apakah itu adalah penahanan Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum, dia berusaha diplomatis.
"Ah, kalian itu sabar-sabar saja. Kan kasus Hambalang masih terus speed up (dilakukan percepatan penyidikan) dan dikembangkan," tandasnya sambil memasuki ruang steril KPK yang disusul pimpinan lainnya.
Lima pimpinan itu secara berurutan tampak keluar dari ruang gedung steril KPK. Lima pimpinan itu semua terlihat tersenyum lebar menyalami seluruh wartawan.
Uniknya, Abraham Samad yang mengenakan jas biru dongker, tanpa canggung menyalami seluruh wartawan, baik yang berada di ruang pers atau di luar gedung KPK sambil mengucapkan selamat berpuasa.
Disinggung soal kasus-kasus yang sedang ditangani KPK, pendiri Anti Corruption Commission (ACC) Makassar ini hanya tersenyum. "Kita salaman dulu lah. Selamat berpuasa. Kita sambutlah bulan puasa ini dengan suka cita," ungkap Abraham dengan suara renyah di depan ruangan Pers KPK, Jumat (5/7/2013) malam.
Abraham kemudian melayani sejumlah pertanyaan wartawan terkait kasus Century, Hambalang, IT Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, PLTU Tarahan Lampung, Luthfi Hasan Ishaaq-Ahmad Fathanah, dan pengurusan perkara bansos Pemkot Bandung. Setelah itu dia memasuki ruangan pers yang di dalamnya sedang duduk penuh canda antara Busyro, Zulkarnain, dan Adnan Pandu bersama beberapa wartawan.
Sementara ini Bambang Widjojanto yang berada di samping Abraham terus tersenyum. Disinggung soal kasus, dia menolak. Mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) ini malah asik masuk bercanda dengan wartawan.
Sesekali Bambang yang mengenakan baju 'semi' koko putih lengan pendik ini mencolek telinga salah satu wartawan atau menggelitik leher wartawan lainnya. "Kalau saya puasa ikut pemerintah saja lah. Kan saya sudah izin sama Pak BM (Busyro Muqoddas). Soal 'hadiah' puasa nantilah. Hehehe," ujarnya sambil tertawa.
Berikutnya dia melayani sejumlah pertanyaan wartawan soal kasus korupsi seperti Hambalang, PON Riau, Hutan Pelawawan-Siak Riau, Pengurusan Perkara Bansos Pemkot, dan beberapa lainnya.
Di dalam ruang pers, Busyro terus mengeluarkan candaan. Sesekali dia melihat dan mengomentari soal air conditioner (AC) ruang wartawan. Mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) itu menyatakan, kedatangannya hanya ingin bersilaturahmi. Disinggung soal kasus Busyro malah tertawa sembari mengomentari soal AC. "Saya datang kemari kan buat lihat AC dan kondisi ruangan kalian (wartawan)," imbuhnya sambil tersenyum lebar.
Di dalam ruangan pers Busyro, Zulkarnain, dan Adnan duduk sejajar. Mendengar pernyataan itu Adnan, Zulkarnain, dan Abraham serta wartawan langsung tertawa lebar. Disinggung soal hadiah atau parsel bagi pejabat, di antara empat pimpinan itu Zulkarnain yang mengenakan jas hitam langsung mengambil bagian untuk menjawab. "Menerima boleh. Tapi kan setiap penerimaan penyelenggara negara itu harus disampaikan ke KPK," jelasnya.
Abraham yang sedari tadi tersenyum langsung mengucapkan beberapa kalimat candaan. Pria asal Makassar ini dengan suara terbahak-bahak mengatakan, siapa tahu ada kardus duren, kardus manggrove, atau kardus bibit.
Kardus duren mengingatkan kita pada kasus dugaan suap pengurusan suap dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Terpadu (PPIDT) sebesar Rp1,5 miliar yang menjerat Fauzi dan Ali Mudori, yang diduga sebagai dua orang dekat Menekertrans Muhaimin Iskandar. "Iya kan siap tahu ada kardus-kardus itu," ujarnya.
Mendengar candaan itu, beberapa wartawan langsung menimpali apakah yang dimaksud 'kardus bibit' berkaitan dengan 'kopi atau jagung' yang terungkap di persidangan terdakwa mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah. "Ah, kalian ini bisa saja," jawab Abraham.
Berikutnya, para wartawan berusaha mencari tahu alasan KPK belum menahan beberapa tersangka seperti tersangka penerima suap pengurusan anggaran PLTU Tarahan Izendrik Emir Moeis, tersangka Hambalang Andi Alfian Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Dengan lugas para pimpinan menceritakan tidak ada diskriminatif apapun. "RDU (Ratna Dewi Umar) kita tahan setelah disidik kasusnya sekira dua atau tiga tahun. Kasus Tomohon tersangkanya baru kita tahan 2 tahun," ungkap Abraham.
Mendengar jawaban itu, KORAN SINDO langsung menanyakan soal dugaan mangkraknya penyidikan kasus Emir apakah ada penghalangan pemeriksaan saksi oleh FBI Amerika Serikat. Mendengar perntanyaan itu, Abraham langsung menjawab dengan suara lantang sambil tersenyum. "Tunggu sajalah, Emir itu hadiah puasa buat Sabir," selorohnya.
Sebelum mengakhiri silarurahmi dadakan, Bambang Widjojanto menceritakan, dalam pengusutan beberapa kasus korupsi KPK ada hal yang cukup bagus usai lebaran Idul Fitri 1434 Hijriyah. Dikonfirmasi apakah itu adalah penahanan Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum, dia berusaha diplomatis.
"Ah, kalian itu sabar-sabar saja. Kan kasus Hambalang masih terus speed up (dilakukan percepatan penyidikan) dan dikembangkan," tandasnya sambil memasuki ruang steril KPK yang disusul pimpinan lainnya.
(maf)