ICT pengaruhi pelajar untuk tawuran dan anarkis
A
A
A
Sindonews.com - Kecanggihan Information Communication Technology (ICT) ditengarai mempengaruhi prilaku kekerasan atau tawuran yang dilakukan oleh pelajar.
Menurut Pejabat Rektor Universitas Indonesia (UI), Muhammad Anis, perkembangan media sosial yang begitu cepat serta informasi apapun yang mudah diunduh dari internet, ikut mempengaruhi psikologis pelajar untuk meniru pengaruh yang negatif. Sementara budaya lokal terus tergerus budaya dari luar.
"Saya sebagai orang teknik, saya melihat tawuran itu datangnya lewat ICT, perkembangan yang begitu cepat mudah di download, dari twitter dan lainnya membuat kita enggak siap, dan budaya jadi rentan," ujar Ahli Metalurgi ini dalam Konferensi Pers, di Gedung Rektorat UI, Depok, Minggu (30/06/2013).
Hal senada diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Bambang Wibawarta. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mampu menjaga titik singgung budaya dari luar dan budaya lokal.
"Paling penting menjaga titik singgung budaya dari luar, kita bukan melarang bisa mengakses gadgetnya. Anomali pasti masih ada. Sistem pendidikan saat ini dari informal dan formal sampai perguruan tinggi, kami lah yang bisa menjaga. Suka enggak suka akan tetap mengejar kita," jelas Bambang yang kini menjabat Wakil Rektor I UI Bidang Pendidikan.
Proses internalisasi dan value dilakukan selama 24 jam gencar lewat media. Karena itu, kata Bambang, UI mengembangkan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT) atau kuliah wajib kepada setiap mahasiswa baru selama dua semester.
"MPKT mampu menginternalisasi nilai - niai, akan bantu itu ke mahasiswa, akan memberikan masukan. MPKT banyak yang diajarkan dari mulai muatan anti korupsi, gotong royong, kebangsaan, ekonomi kerakyatan, wirausaha, lingkungan hidup. Dimana dulu ada yang namanya rembug desa atau gotong royong. Karena selama ini tak ada usaha sistematis untuk menginternalisasi transfer budaya," tutup Bambang.
Menurut Pejabat Rektor Universitas Indonesia (UI), Muhammad Anis, perkembangan media sosial yang begitu cepat serta informasi apapun yang mudah diunduh dari internet, ikut mempengaruhi psikologis pelajar untuk meniru pengaruh yang negatif. Sementara budaya lokal terus tergerus budaya dari luar.
"Saya sebagai orang teknik, saya melihat tawuran itu datangnya lewat ICT, perkembangan yang begitu cepat mudah di download, dari twitter dan lainnya membuat kita enggak siap, dan budaya jadi rentan," ujar Ahli Metalurgi ini dalam Konferensi Pers, di Gedung Rektorat UI, Depok, Minggu (30/06/2013).
Hal senada diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Bambang Wibawarta. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mampu menjaga titik singgung budaya dari luar dan budaya lokal.
"Paling penting menjaga titik singgung budaya dari luar, kita bukan melarang bisa mengakses gadgetnya. Anomali pasti masih ada. Sistem pendidikan saat ini dari informal dan formal sampai perguruan tinggi, kami lah yang bisa menjaga. Suka enggak suka akan tetap mengejar kita," jelas Bambang yang kini menjabat Wakil Rektor I UI Bidang Pendidikan.
Proses internalisasi dan value dilakukan selama 24 jam gencar lewat media. Karena itu, kata Bambang, UI mengembangkan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi (MPKT) atau kuliah wajib kepada setiap mahasiswa baru selama dua semester.
"MPKT mampu menginternalisasi nilai - niai, akan bantu itu ke mahasiswa, akan memberikan masukan. MPKT banyak yang diajarkan dari mulai muatan anti korupsi, gotong royong, kebangsaan, ekonomi kerakyatan, wirausaha, lingkungan hidup. Dimana dulu ada yang namanya rembug desa atau gotong royong. Karena selama ini tak ada usaha sistematis untuk menginternalisasi transfer budaya," tutup Bambang.
(rsa)