Kurikulum 2013 terus mendapat kritikan
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan Kurikulum 2013 masih menjadi pro dan kontra, terutama terkait dengan penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjamin, para guru tersebut tetap mendapat tempat beserta sertifikasinya yang masih melekat, tetap saja kurikulum tersebut ditentang.
Salah satu guru honorer mata pelajaran bahasa Inggris di Sukmaja, Depok, Ida mengaku, ia dan guru bahasa Inggris lainnya akan terkena dampak kurikulum 2013. Meski tetap mendapat tempat, namun menurut Ida, ia sudah cocok dengan bidangnya yakni mengajar bahasa Inggris selama 15 tahun.
"Kurikulum 2013 saya kena dampaknya, karena saya kan mengajar bahasa Inggris. Katanya saya akan ditempatkan jadi wali kelas, mengajar kelas kan harus bisa mengajar semua mata pelajaran, kebetulan saya sarjana mau enggak mau harus bisa," ungkapnya di Balai Kota Depok, Senin (17/6/2013).
Ida menilai, bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang dapat membangkitkan semangat generasi muda di tengah persaingan bangsa asing. Ia menilai bahasa Inggris penting diajarkan sejak dini, apalagi masih banyak siswa SD yang belum mengerti perbendaharaan kata serta berbicara bahasa Inggris.
"Katanya Kurikulum 2013 ditekankan pada budi pekerti, boleh saja, tetapi bahasa Inggris jangan dihapuskan, lalu katanya lebih banyak mengutamakan kebudayaan daerah. Apakah mau melamar kerja pakai bahasa Sunda, misalnya," tukasnya.
Ida mengaku heran dengan pola pikir pemerintah yang justru akan membuat generasi penerus bangsa di Indonesia tergeser dengan bangsa lain. Kurikulum 2013, kata Ida, menyakitkan bagi para guru honorer yang mengajar bahasa Inggris.
"Itu menyakitkan, kami menentang Kurikulum 2013. Masa kita mau ketinggalan zaman sih, apalagi guru TIK juga dihilangkan. Gimana sih pemikiran mereka. Yang jadi korban bukan hanya saya, tapi generasi penerus bangsa yang terancam jadi pesuruh dan generasi budak," tutupnya.
Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjamin, para guru tersebut tetap mendapat tempat beserta sertifikasinya yang masih melekat, tetap saja kurikulum tersebut ditentang.
Salah satu guru honorer mata pelajaran bahasa Inggris di Sukmaja, Depok, Ida mengaku, ia dan guru bahasa Inggris lainnya akan terkena dampak kurikulum 2013. Meski tetap mendapat tempat, namun menurut Ida, ia sudah cocok dengan bidangnya yakni mengajar bahasa Inggris selama 15 tahun.
"Kurikulum 2013 saya kena dampaknya, karena saya kan mengajar bahasa Inggris. Katanya saya akan ditempatkan jadi wali kelas, mengajar kelas kan harus bisa mengajar semua mata pelajaran, kebetulan saya sarjana mau enggak mau harus bisa," ungkapnya di Balai Kota Depok, Senin (17/6/2013).
Ida menilai, bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang dapat membangkitkan semangat generasi muda di tengah persaingan bangsa asing. Ia menilai bahasa Inggris penting diajarkan sejak dini, apalagi masih banyak siswa SD yang belum mengerti perbendaharaan kata serta berbicara bahasa Inggris.
"Katanya Kurikulum 2013 ditekankan pada budi pekerti, boleh saja, tetapi bahasa Inggris jangan dihapuskan, lalu katanya lebih banyak mengutamakan kebudayaan daerah. Apakah mau melamar kerja pakai bahasa Sunda, misalnya," tukasnya.
Ida mengaku heran dengan pola pikir pemerintah yang justru akan membuat generasi penerus bangsa di Indonesia tergeser dengan bangsa lain. Kurikulum 2013, kata Ida, menyakitkan bagi para guru honorer yang mengajar bahasa Inggris.
"Itu menyakitkan, kami menentang Kurikulum 2013. Masa kita mau ketinggalan zaman sih, apalagi guru TIK juga dihilangkan. Gimana sih pemikiran mereka. Yang jadi korban bukan hanya saya, tapi generasi penerus bangsa yang terancam jadi pesuruh dan generasi budak," tutupnya.
(maf)