Konvensi Demokrat dianggap tak masuk akal
A
A
A
Sindonews.com - Partai Demokrat berwacana akan melaksanakan konvensi untuk menjaring calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang.
Pengamat politik Ray Rangkuti dari Lingkar Madani Indonesia (Lima) mengatakan, konvensi yang akan dilakukan Partai Demokrat itu sangat tidak masuk akal. Dia menilai, partai tersebut sudah melecehkan etika dalam berdemokrasi.
Maka dari itu, dia menyesalkan apa yang terjadi di internal partai dengan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
"Saya agak bagaimana kalau mendiskusikan partai yang seperti ini. Partai yang tidak masuk akal sehat. Tiba-tiba mereka membicarakan konvensi," ujar Ray di Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2013).
Dia menjelaskan, sebuah konvensi adalah suatu bentuk idealitas demokrasi. Namun, kata dia, bagaimana bisa berbicara demokrasi, jika posisi Ketua Umum (Ketum) dan Ketua Majelis Tinggi Partai dijabat oleh SBY.
Bahkan, ujar Ray, posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) dijabat oleh Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang merupakan anak kandung SBY. "Kalau SBY mau bicara demokrasi yang ideal, SBY cukup jadi Ketum. Lebih bagus lagi kalau jabatan Ketum ini diberikan pada orang lain, SBY konsentrasi di presiden. Ini sudah melecehkan rasionalitas, melecehkan akal sehat, melecehkan etika demokrasi," tuturnya.
Lebih lanjut Ray menjelaskan, dalam berpartai, setiap orang itu semestinya saling bertukar gagasan. Setiap orang atau kader partai memiliki potensi yang sama untuk duduk di jabatan yang sama. Masing-masing kader pun seharusnya dibatasi kewenangan dan kekuasaannya.
"Yang disebut berpartai, kita sepakat bersatu untuk tujuan besar kita tentang bangsa. Apa yang keluar dari Demokrat sekarang itu bagi saya sudah enggak menarik. Tidak perlu kita sekolah tinggi untuk menganalisis kejadian seperti di internal Demokrat itu," ungkapnya.
Pengamat politik Ray Rangkuti dari Lingkar Madani Indonesia (Lima) mengatakan, konvensi yang akan dilakukan Partai Demokrat itu sangat tidak masuk akal. Dia menilai, partai tersebut sudah melecehkan etika dalam berdemokrasi.
Maka dari itu, dia menyesalkan apa yang terjadi di internal partai dengan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
"Saya agak bagaimana kalau mendiskusikan partai yang seperti ini. Partai yang tidak masuk akal sehat. Tiba-tiba mereka membicarakan konvensi," ujar Ray di Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2013).
Dia menjelaskan, sebuah konvensi adalah suatu bentuk idealitas demokrasi. Namun, kata dia, bagaimana bisa berbicara demokrasi, jika posisi Ketua Umum (Ketum) dan Ketua Majelis Tinggi Partai dijabat oleh SBY.
Bahkan, ujar Ray, posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) dijabat oleh Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang merupakan anak kandung SBY. "Kalau SBY mau bicara demokrasi yang ideal, SBY cukup jadi Ketum. Lebih bagus lagi kalau jabatan Ketum ini diberikan pada orang lain, SBY konsentrasi di presiden. Ini sudah melecehkan rasionalitas, melecehkan akal sehat, melecehkan etika demokrasi," tuturnya.
Lebih lanjut Ray menjelaskan, dalam berpartai, setiap orang itu semestinya saling bertukar gagasan. Setiap orang atau kader partai memiliki potensi yang sama untuk duduk di jabatan yang sama. Masing-masing kader pun seharusnya dibatasi kewenangan dan kekuasaannya.
"Yang disebut berpartai, kita sepakat bersatu untuk tujuan besar kita tentang bangsa. Apa yang keluar dari Demokrat sekarang itu bagi saya sudah enggak menarik. Tidak perlu kita sekolah tinggi untuk menganalisis kejadian seperti di internal Demokrat itu," ungkapnya.
(maf)