Penderita TB-MDR di Indonesia sudah ribuan
A
A
A
Sindonews.com - Penderita Tuberkolosis Multi Drug Resistant (TB-MDR) di Indonesia mencapai 5000-6000 jiwa. Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan, banyaknya penderita TB-MDR disebabkan karena ketidak patuhanya untuk meminum obat secara teratur.
"Penderita TB-MDR adalah salah satu penyakit yang susah disembuhkan. Bukan berarti tidak ada, tetapi jarang," tandasya saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (19/4/2013).
Menurutnya, jika penderita TB tidak patuh meminum obat yang dijadwalkan, akibatnya tubuhnya mengalami resisten terhadap obat tersebut dan mengakibatkan penyakitnya akan kebal terhadap obat yang biasa dikonsumsi. Jika penderita TB sudah mengalami resitensi dipastikan dosis obat harus ditambah dan harganya cukup mahal. TB-MDR adalah dimana seorang penderita TB kebal terhadap obat pertama.
"Jika resisten sudah terjadi akibatnya jumlah obat yang diminum makin banyak, dosis obat juga lebih banyak dan harganya juga lebih mahal. untuk itu pasien harus patuh minum obat agar tidak resisten," ujar dia.
Lanjut Nafsiah, banyak penderita TB merupakan tantangan terbesar karena penderita HIV meningkat yang mengakibatkan daya tahan tubuhnya menurun. Sehingga, mengakibatkan mereka masuk ke dalam fase HIV/AIDS yang sudah dipastikan juga menderita TB.
Menurutnya, selama pasien tidak teratur minum obat seperti tidak tepat waktu, tidak meminum obat sejumlah yang diharuskan atau kadang minum kadang tidak dipastikan fase TB nya akan berubah menjadi resiten dan semakin susah disembuhkan.
"Tingkat keberhasilan pengobatan TB lebih dari 90 persen dan tingkat deteksi kasus TB baru di atas 70 persen secara konsisten telah tercapai," paparnya.
Sementara itu Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Provinsi Papua prevalensi pengidap HIV/AIDS, TB dan malaria sangatlah tinggi. Faktor yang mempengaruhi hal ini ialah lingkungan hidup sangat mempengaruhi untuk memudahkan penularan.
Menurutnya, dalam proses pengobatan pun juga menjadi kendala karena jarak anatara tempat tinggal mereka dengan balai kesehatan sangatlah jauh. "Medan tempur juga menjadi kendala tenaga kesehatan untuk menggapai dan mengobati mereka," tandasnya.
Lanjut dia, faktor seorang TB menjadi TB-MDR ialah karena dia tidak patuh akan dua obat utama. Saat ini ada 70 persen penderita TB-MDR yang minum obat.
"Setiap obat pasti mempunyai efek sampai, penderita TB-MDR selamanya harus meminum obat tersebut agar tidak terjadi resisten," tegasnya.
"Penderita TB-MDR adalah salah satu penyakit yang susah disembuhkan. Bukan berarti tidak ada, tetapi jarang," tandasya saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (19/4/2013).
Menurutnya, jika penderita TB tidak patuh meminum obat yang dijadwalkan, akibatnya tubuhnya mengalami resisten terhadap obat tersebut dan mengakibatkan penyakitnya akan kebal terhadap obat yang biasa dikonsumsi. Jika penderita TB sudah mengalami resitensi dipastikan dosis obat harus ditambah dan harganya cukup mahal. TB-MDR adalah dimana seorang penderita TB kebal terhadap obat pertama.
"Jika resisten sudah terjadi akibatnya jumlah obat yang diminum makin banyak, dosis obat juga lebih banyak dan harganya juga lebih mahal. untuk itu pasien harus patuh minum obat agar tidak resisten," ujar dia.
Lanjut Nafsiah, banyak penderita TB merupakan tantangan terbesar karena penderita HIV meningkat yang mengakibatkan daya tahan tubuhnya menurun. Sehingga, mengakibatkan mereka masuk ke dalam fase HIV/AIDS yang sudah dipastikan juga menderita TB.
Menurutnya, selama pasien tidak teratur minum obat seperti tidak tepat waktu, tidak meminum obat sejumlah yang diharuskan atau kadang minum kadang tidak dipastikan fase TB nya akan berubah menjadi resiten dan semakin susah disembuhkan.
"Tingkat keberhasilan pengobatan TB lebih dari 90 persen dan tingkat deteksi kasus TB baru di atas 70 persen secara konsisten telah tercapai," paparnya.
Sementara itu Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Provinsi Papua prevalensi pengidap HIV/AIDS, TB dan malaria sangatlah tinggi. Faktor yang mempengaruhi hal ini ialah lingkungan hidup sangat mempengaruhi untuk memudahkan penularan.
Menurutnya, dalam proses pengobatan pun juga menjadi kendala karena jarak anatara tempat tinggal mereka dengan balai kesehatan sangatlah jauh. "Medan tempur juga menjadi kendala tenaga kesehatan untuk menggapai dan mengobati mereka," tandasnya.
Lanjut dia, faktor seorang TB menjadi TB-MDR ialah karena dia tidak patuh akan dua obat utama. Saat ini ada 70 persen penderita TB-MDR yang minum obat.
"Setiap obat pasti mempunyai efek sampai, penderita TB-MDR selamanya harus meminum obat tersebut agar tidak terjadi resisten," tegasnya.
(kri)