Ini dua penyebab golput versi KPU
A
A
A
Sindonews.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengakui jika angka golongan putih (Golput) di setiap pemilihan umum hingga kini masih tinggi. KPU menenggarai ada dua hal yang menyebabkan hal itu terus terjadi.
Komisioner KPU Sigit Pamungkas menguraikan, faktor pertama ialah masalah administratif. Dia menerangkan, hal ini terkait pendataan pemilih yang berujung pada tidak terdaftarnya seseorang menjadi peserta pemilu.
"Golput ini masih tinggi ada dua yang menyebabkan hal ini terjadi dan harus diuraikan satu persatu, pertama dimensi administratif, yakni terkait dengan pendataan pemilih dalam Pemilu," kata Sigit di sela-sela acara sosialisasi dapil dan alokasi kursi di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2013).
Penyebab lain tingginya golput, menurut dia, karena dimensi politik pemilih. Hal ini terkait dinamika politik yang terjadi di partai maupun individu yang ikut serta sebagai peserta Pemilu.
"Kedua adalah politik pemilih itu sendiri. Bagaimana politik tercurah pada aktor-aktor politik yang bertarung," terangnya.
Dia melanjutkan, politik pemilih ini sangat berpengaruh karena bersinggungan secara langsung dengan kepercayaan masyarakat sebagai pemilih.
"Yah dari dinamika, mereka (pemilih) tentu melihat apa yang terjadi dengan partai atau orang-orang individu kan bersangkutan dengan kepercayaan," tukasnya.
Komisioner KPU Sigit Pamungkas menguraikan, faktor pertama ialah masalah administratif. Dia menerangkan, hal ini terkait pendataan pemilih yang berujung pada tidak terdaftarnya seseorang menjadi peserta pemilu.
"Golput ini masih tinggi ada dua yang menyebabkan hal ini terjadi dan harus diuraikan satu persatu, pertama dimensi administratif, yakni terkait dengan pendataan pemilih dalam Pemilu," kata Sigit di sela-sela acara sosialisasi dapil dan alokasi kursi di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2013).
Penyebab lain tingginya golput, menurut dia, karena dimensi politik pemilih. Hal ini terkait dinamika politik yang terjadi di partai maupun individu yang ikut serta sebagai peserta Pemilu.
"Kedua adalah politik pemilih itu sendiri. Bagaimana politik tercurah pada aktor-aktor politik yang bertarung," terangnya.
Dia melanjutkan, politik pemilih ini sangat berpengaruh karena bersinggungan secara langsung dengan kepercayaan masyarakat sebagai pemilih.
"Yah dari dinamika, mereka (pemilih) tentu melihat apa yang terjadi dengan partai atau orang-orang individu kan bersangkutan dengan kepercayaan," tukasnya.
(kri)