JK: Jangan lihat capres dari umur
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), M Jusuf Kalla (JK) menolak secara tegas, jika ada yang meminta dirinya untuk sadar diri agar tidak mencalonkan sebagai calon presiden (Capres).
Menurut JK, yang terpenting untuk seorang presiden ialah memiliki sikap kepemimpinan, tanggung jawab, dan kebijaksanaan, bukan dibatasi dengan usia muda atau tua.
"Presiden dimana pun tidak pernah melihat umurnya tetapi wisdomnya, leadershipnya," jelas JK dalam diskusi dan bedah buku berjudul 'Perang Bintang 2014: Konstelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres' di Kampus UIN, Ciputat, Tanggerang Selatan, Kamis (21/2/2013).
Dia melanjutkan, untuk menjadi seorang presiden juga bukan melalui proses pengkaderan antara yang muda dengan yang tua. Dirinya menguraikan, untuk seorang kepala negara tidak bisa melalui tua atau muda.
"Tidak bisa presiden itu dikaderkan. Karena apa, kalau presiden salah, hancur negeri ini paling tidak lima tahun. Jika menteri salah masih bisa dipecat, sekali lagi jika presiden salah, hancur bangsa ini, tidak bisa presiden dikaderkan," tegasnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, daripada melihat usia, sebaiknya untuk menjadi capres harus dilihat rekam jejak calon tersebut.
"Dari pada lihat itu (usia), lebih baik lihat track record, dengan rekam jejak itu dilihat dia bisa tidak jadi Capres untuk menjadi presiden," cetusnya.
Karena itu, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini meminta, agar tidak ada perbedaan antara capres dari tokoh muda maupun tua. "Jangan ada perbedaan antara yang muda dan tua, posisinya adalah siapa yang lebih mampu, itu saja," pungkasnya.
Menurut JK, yang terpenting untuk seorang presiden ialah memiliki sikap kepemimpinan, tanggung jawab, dan kebijaksanaan, bukan dibatasi dengan usia muda atau tua.
"Presiden dimana pun tidak pernah melihat umurnya tetapi wisdomnya, leadershipnya," jelas JK dalam diskusi dan bedah buku berjudul 'Perang Bintang 2014: Konstelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres' di Kampus UIN, Ciputat, Tanggerang Selatan, Kamis (21/2/2013).
Dia melanjutkan, untuk menjadi seorang presiden juga bukan melalui proses pengkaderan antara yang muda dengan yang tua. Dirinya menguraikan, untuk seorang kepala negara tidak bisa melalui tua atau muda.
"Tidak bisa presiden itu dikaderkan. Karena apa, kalau presiden salah, hancur negeri ini paling tidak lima tahun. Jika menteri salah masih bisa dipecat, sekali lagi jika presiden salah, hancur bangsa ini, tidak bisa presiden dikaderkan," tegasnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, daripada melihat usia, sebaiknya untuk menjadi capres harus dilihat rekam jejak calon tersebut.
"Dari pada lihat itu (usia), lebih baik lihat track record, dengan rekam jejak itu dilihat dia bisa tidak jadi Capres untuk menjadi presiden," cetusnya.
Karena itu, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini meminta, agar tidak ada perbedaan antara capres dari tokoh muda maupun tua. "Jangan ada perbedaan antara yang muda dan tua, posisinya adalah siapa yang lebih mampu, itu saja," pungkasnya.
(maf)