JK: Politikus kutu loncat hanya cari karir politik
A
A
A
Sindonews.com - Ideologi partai politik (parpol) saat ini nyaris sama dan seragam. Karena itu, menjadi faktor mengapa politikus mudah untuk berpindah-pindah partai.
Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai mudahnya seorang politikus memutuskan pindah dari partai satu ke partai lainnya karena disebabkan oleh faktor ideologi partai yang seragam. Berbeda dengan kondisi masa lalu, masing-masing parpol memiliki perbedaan ideologi yang sangat jelas.
"Pindah partai ini akibat daripada partai ideologi sudah hampir sama semua, tak jadi beban kalau pindah partai. Beda dengan dulu, ada perbedaan antara partai nasionalisasi, partai agama. Sekarang hampir mirip," tegasnya kepada wartawan di Balairung UI, Sabtu (9/2/2013).
Menurutnya, hal itu resiko dari partai yang memiliki ideologi tak lagi jauh berbeda. Saat ini semua partai hampir sama saja menjual konten program mereka.
"Pindah hanya beda posisi saja. Zaman dulu ideologi partai ketat dan kuat, sulit orang pindah, ada partai sekuler, Islam, nasionalis, komunis, dulu kutu loncat enggak ada, sekarang ideologi partai sama, program sama," tukasnya.
Bahkan JK menyebut politikus yang kutu loncat berpindah partai hanya untuk mencari kesempatan yang dirasa jauh lebih baik.
"Hanya cari kesempatan, ini akibat gencarnya semua partai mengusung Pancasila, pilar demokrasi, makanya kutu loncat hanya cari kesempatan terbaik untuk kepentingan karir politiknya," imbuhnya.
Seperti diketahui, menjelang Pemilu 2014 ini sejumlah politikus berpindah dari satu partai politik ke partai politik lainnya.
Sebagai contoh, kader partai Hanura Akbar Faisal pindah ke Partai Nasional Demokrat (NasDem), begitu pula politikus senior Partai Golkar Enggartiasto Lukita, juga pindah ke NasDem.
Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai mudahnya seorang politikus memutuskan pindah dari partai satu ke partai lainnya karena disebabkan oleh faktor ideologi partai yang seragam. Berbeda dengan kondisi masa lalu, masing-masing parpol memiliki perbedaan ideologi yang sangat jelas.
"Pindah partai ini akibat daripada partai ideologi sudah hampir sama semua, tak jadi beban kalau pindah partai. Beda dengan dulu, ada perbedaan antara partai nasionalisasi, partai agama. Sekarang hampir mirip," tegasnya kepada wartawan di Balairung UI, Sabtu (9/2/2013).
Menurutnya, hal itu resiko dari partai yang memiliki ideologi tak lagi jauh berbeda. Saat ini semua partai hampir sama saja menjual konten program mereka.
"Pindah hanya beda posisi saja. Zaman dulu ideologi partai ketat dan kuat, sulit orang pindah, ada partai sekuler, Islam, nasionalis, komunis, dulu kutu loncat enggak ada, sekarang ideologi partai sama, program sama," tukasnya.
Bahkan JK menyebut politikus yang kutu loncat berpindah partai hanya untuk mencari kesempatan yang dirasa jauh lebih baik.
"Hanya cari kesempatan, ini akibat gencarnya semua partai mengusung Pancasila, pilar demokrasi, makanya kutu loncat hanya cari kesempatan terbaik untuk kepentingan karir politiknya," imbuhnya.
Seperti diketahui, menjelang Pemilu 2014 ini sejumlah politikus berpindah dari satu partai politik ke partai politik lainnya.
Sebagai contoh, kader partai Hanura Akbar Faisal pindah ke Partai Nasional Demokrat (NasDem), begitu pula politikus senior Partai Golkar Enggartiasto Lukita, juga pindah ke NasDem.
(lns)