Publik pesimis adanya perbaikan bangsa
A
A
A
Sindonews.com - Sudah tak ada lagi harapan yang bisa dibanggakan oleh masyarakat Indonesia untuk perbaikan bangsa ini, karena publik sudah merasa apatis dengan kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memperbaiki bangsa ini.
Hal tersebut tertuang dalam hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di kantornya, Jalan Pemuda No 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (29/1/2013).
"Sebanyak 66,55 persen publik tidak yakin bahwa kondisi Indonesia setahun kedepan menjelang Pemilu 2014 akan semakin baik," kata salah seorang peneliti LSI Ardian Sopa.
Selain itu, hasil LSI ini menyebutkan publik makin khawatir dengan kinerja kabinet di tahun politik. Berkenaan itu, publik berharap dengan tidak fokusnya para menteri di tahun politik dapat dikompensasi dengan kepemimpinan SBY yang semakin tegas, tak indah hanya diwacanakan saja.
"Jika tidak, maka SBY akan meneruskan tradisi buruk semua presiden Indonesia, menjadi presiden dengan tepuk tangan meriah, namun di cemooh publik ketika selesai masa jabatannya," imbuhnya.
Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 22-25 Januari 2013. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar sekira 2,9 persen.
Survei ini dilaksanakan di 33 Provinsi di Indonesia. Untuk memperkuat data dan analisa, LSI pun menggunakan data survei terkait kabinet pada Oktober 2012. LSI juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD dan in depth interview.
Hal tersebut tertuang dalam hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di kantornya, Jalan Pemuda No 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (29/1/2013).
"Sebanyak 66,55 persen publik tidak yakin bahwa kondisi Indonesia setahun kedepan menjelang Pemilu 2014 akan semakin baik," kata salah seorang peneliti LSI Ardian Sopa.
Selain itu, hasil LSI ini menyebutkan publik makin khawatir dengan kinerja kabinet di tahun politik. Berkenaan itu, publik berharap dengan tidak fokusnya para menteri di tahun politik dapat dikompensasi dengan kepemimpinan SBY yang semakin tegas, tak indah hanya diwacanakan saja.
"Jika tidak, maka SBY akan meneruskan tradisi buruk semua presiden Indonesia, menjadi presiden dengan tepuk tangan meriah, namun di cemooh publik ketika selesai masa jabatannya," imbuhnya.
Survei ini dilakukan melalui quick poll pada tanggal 22-25 Januari 2013. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar sekira 2,9 persen.
Survei ini dilaksanakan di 33 Provinsi di Indonesia. Untuk memperkuat data dan analisa, LSI pun menggunakan data survei terkait kabinet pada Oktober 2012. LSI juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD dan in depth interview.
(mhd)