Rupiah menuju batas psikologis

Selasa, 22 Januari 2013 - 08:13 WIB
Rupiah menuju batas psikologis
Rupiah menuju batas psikologis
A A A
Musibah banjir yang menimpa wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat masyarakat rehat sejenak mengikuti berbagai berita aktual yang selama ini disajikan media massa.

Salah satu berita aktual di bidang keuangan yang luput dari perhatian masyarakat adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah. Posisi nilai tukar rupiah pada pekan kemarin menuju batas psikologis, yakni Rp10.000 per USD. Pergerakan rupiah tersebut oleh kalangan analis pasar uang dinilai sudah tidak wajar lagi. Pergerakan nilai tukar rupiah sejak awal tahun ini memang semakin sulit ditebak.

Sejumlah analis pasar uang mengungkapkan bahwa pergerakan rupiah di atas rata-rata prediksi selama ini. Yang membingungkan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD terbalik dengan sejumlah mata uang asing lain. Di saat sejumlah mata uang asing mengalami penguatan nilai tukar terhadap USD, posisi rupiahmalahsebaliknya melawan tren penguatan tersebut.

Bila situasi tersebut terus berlangsung, menurut Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa,nilai tukar rupiah bisa saja bertengger di level Rp10.000 per USD. Hal ini perlu diwaspadai.

Namun, di tengah kekhawatiran nilai tukar rupiah terancam menembus batas psikologis,pada penutupan perdagangan kemarin rupiah menguat ke level Rp9.620 per USD dibandingkan pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu yang tercetak Rp9.650 per USD.

Penguatan rupiah pada awal pekan ini memang sudah diprediksi sejumlah analis pasar uang di mana rupiah berpotensi menguat dengan kecenderungan konsolidasi melemah. Meski pasar uang AS libur,tetapi tekanan USD di dalam negeri diperkirakan masih tetap kencang.

Karena itu, para analis berharap Bank Indonesia (BI) tetap konsisten menjaga nilai tukar rupiah. Masalahnya,menarik kembali posisi rupiah pada level 9.000-an per USD sungguh sulit bagi bank sentral, tindakan paling realistis adalah mengupayakan nilai tukar rupiah tetap terkendali dan tidak melewati batas psikologis.

Sebab bila nilai tukar berada di atas level 10.000 per USD (batas psikologis) sangat rawan mengundang kepanikan di tengah masyarakat.Lalu,berapa seharusnya level ideal nilai tukar rupiah?

Kalangan analis pasar uang belum ada kata sepakat atas level ideal, tetapi ancang-ancang berkisar antara Rp9.500 hingga Rp9.700 per USD. Pelemahan nilai tukar rupiah mengundang pertanyaan serius di tengah stabilnya kondisi makroperekonomian nasional.

Di mata Purbaya, nilai tukar rupiah yang loyo tersebut setidaknya dipicu empat masalah. Pertama, sentimen negatif terhadap memburuknya neraca pembayaran, khususnya neraca berjalan (current account). Kedua, belum ada kepastian penyelesaian krisis utang Eropa sehingga sebagian investor melakukan safe haven.

Ketiga, bank sentral dinilai kurang memadai dalam mengintervensi rupiah.Keempat,likuiditas USD terbatas akibat tidak terbatasnya repatriasi ekspor. Bagi pengusaha, anjloknya nilai tukar rupiah bisa berarti sebuah berkah atau musibah tergantung di bidang usaha apa mereka bergerak.

Bagi pengusaha yang aktif di sektor ekspor, pelemahan rupiah berarti bisa menebalkan kocek karena penerimaannya USD, sebaliknya para importir terpaksa harus gigit jari karena belanjanya memakai USD dan penerimaannya rupiah.Ibaratnya,pemerintah dan BI disuguhi buah simalakama.

Karena itu,kita berharap BI bisa menemukan titik keseimbangan baru agar kemerosotan rupiah tidak terlalu tajam, setidaknya nilai tukar rupiah berada pada level aman buat eksportir dan importir. Kalau rupiah melemah sangat tajam melewati batas psikologis, hal itu tidak hanya mengancam sektor riil tetapi juga menghilangkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. Buntutnya bisa menimbulkan pelarian modal ke luar negeri.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9675 seconds (0.1#10.140)