Rakyat butuh kualitas bukan nomor urut parpol
A
A
A
Sindonews.com- Eforia elit partai politik terlihat ketika usai mengambil nomor urut partai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemarin, berbagai tafsir pun muncul dari setiap partai politik.
Pengamat Politik LIPI, Siti Zuhro mengatakan, dalam sejarah pemilu di Indonesia jelas nomor urut tidak ada kaitannya dengan hasil pemilu pada 2014 nanti. Menurutnya, yang terpenting rakyat membutuhkan parpol yang konsisten membela kepentingan masyarakat.
"Apa artinya sebuat nomer? Yang jelas yang dikontestasikan atau dikompetisikan adalah substansi atau kualitas parpol bukan nomor urutnya," ujar Siti melalui pesan singkatnya kepada Sindonews, Selasa (15/1/2013).
Nomor urut partai politik, lanjut Wiwieq sapaan Siti Zuhro, hanya sebagai pembeda antara satu partai dengan partai lain supaya konstituen tidak bingung dalam menentukan dan menyalurkan hak pilihnya. Dia mencontohkan, pada pemilu 2009 Partai Demokrat menduduki nomor tiga puluh satu tapi berhasil menjadi pemenang pemilu.
Diakuinya, nomor urut satu memang lebih mudah diingat dalam kampanye nanti. Namun, bukan suatu jaminan akan memenangi pemilu. Wiwieq kembali mencontohkan, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli pada Pilkada DKI lalu, meskipun mendapat nomor urut satu tapi masih kalah dengan pasangan nomor tiga Jokowi-Ahok.
"Memang paling enak dapat nomor satu, bisa pakai telunjuk satu. Tapi Foke-Nara dapat nomor urut satu kok kalah juga," pungkas Siti.
Pengamat Politik LIPI, Siti Zuhro mengatakan, dalam sejarah pemilu di Indonesia jelas nomor urut tidak ada kaitannya dengan hasil pemilu pada 2014 nanti. Menurutnya, yang terpenting rakyat membutuhkan parpol yang konsisten membela kepentingan masyarakat.
"Apa artinya sebuat nomer? Yang jelas yang dikontestasikan atau dikompetisikan adalah substansi atau kualitas parpol bukan nomor urutnya," ujar Siti melalui pesan singkatnya kepada Sindonews, Selasa (15/1/2013).
Nomor urut partai politik, lanjut Wiwieq sapaan Siti Zuhro, hanya sebagai pembeda antara satu partai dengan partai lain supaya konstituen tidak bingung dalam menentukan dan menyalurkan hak pilihnya. Dia mencontohkan, pada pemilu 2009 Partai Demokrat menduduki nomor tiga puluh satu tapi berhasil menjadi pemenang pemilu.
Diakuinya, nomor urut satu memang lebih mudah diingat dalam kampanye nanti. Namun, bukan suatu jaminan akan memenangi pemilu. Wiwieq kembali mencontohkan, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli pada Pilkada DKI lalu, meskipun mendapat nomor urut satu tapi masih kalah dengan pasangan nomor tiga Jokowi-Ahok.
"Memang paling enak dapat nomor satu, bisa pakai telunjuk satu. Tapi Foke-Nara dapat nomor urut satu kok kalah juga," pungkas Siti.
(kri)