Risiko politik

Rabu, 02 Januari 2013 - 07:51 WIB
Risiko politik
Risiko politik
A A A
Memasuki 2013, peristiwa yang menonjol adalah kecelakaan yang menimpa putra Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Rasyid Amrullah Rajasa.

Kecelakaan yang terjadi di jalan tol Jagorawi ini menewaskan dua orang, salah satunya balita.Peristiwa ini menjadi rangkaian kecelakaan pada Tahun Baru 2013 yang menelan korban jiwa 42 orang di seluruh Indonesia menurut data Mabes Polri. Kecelakaan yang melibatkan putra Hatta Rajasa bisa jadi peristiwa yang kadang terjadi di jalan raya, tetapi karena melibatkan seorang pejabat yang kebetulan juga besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), peristiwa ini menjadi kabar besar.

Bagi Hatta ini tentu sebuah pukulan berat pada awal 2013 yang banyak dikatakan sebagai tahun politik untuk persiapan pesta politik 2014. Sebagian pihak akan mengatakan bahwa apa yang dialami Hatta Rajasa sebagai musibah atau risiko politik karena bisa mengancam citra Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut dan bisa jadi akan sedikit berpengaruh pada pesta politik di 2014 nanti.

Namun,sebenarnya bukan peristiwanya yang harus dijadikan penyebab citra Hatta Rajasa akan melorot. Yang justru akan memengaruhi citra politik Hatta Rajasa maupun PAN adalah bagaimana menyikapi ini.

Begitu peristiwa ini terjadi dan masyarakat mengetahui putra Hatta Rajasa yang terlibat, akan timbul spekulasi bahwa kasus ini akan di-86-kan alias diamankan. Akan muncul dugaan bahwa putra Hatta Rajasa akan terbebas dari jeratan hukum karena anak seorang pejabat. Atau minimal, dugaan yang muncul adalah hukuman yang diberikan tidak akan maksimal. Melihat posisi Hatta Rajasa yang seorang menteri koordinator dan besan Presiden SBY, dugaan atau spekulasi ini wajar adanya.

Nah,akankah Hatta Rajasa menggunakan posisinya ini untuk “menyelamatkan” putranya? Ini yang menjadi tantangan. Citra politik Hatta maupun PAN memang akan menjadi taruhannya. Namun, jika Hatta bisa bersikap proporsional dan menghadapi peristiwa ini layaknya masyarakat biasa, bisa jadi tidak ada penurunan citra politik. Artinya,Hatta justru jangan menghindar dan berani memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang sikap dia.

Jika dia memosisikan seperti layaknya masyarakat yang mengalami musibah kecelakaan tanpa menggunakan posisi dia sebagai menteri koordinator atau besan SBY,citra politik dia dan PAN tidak akan terganggu, bahkan justru terangkat. Sikap seperti layaknya masyarakat dalam menghadapi musibah yang dimaksud adalah Hatta harus berani mengatakan secepat mungkin bahwa dirinya menyerahkan semua kasus ini ke aparat untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Lantas dia berempati kepada korban dengan mendatangi dan memberikan santunan. Sikap ini juga akan menetralisasi dugaan atau spekulasi bahwa anak pejabat bisa dianakemaskan hukum. Namun, jika Hatta justru menghindar dan diam menanggapi peristiwa ini, risiko politik yang berat akan dihadapi Hatta dan PAN.

Citra dia dan partainya akan menurun dan bisa jadi akan mengalami penurunan di 2014. Dengan menghindar atau diam dalam peristiwa ini, berarti dia mengembangkan spekulasi dan dugaan dari masyarakat tentang perlakukan hukum terhadap keluarga pejabat.

Dan kita yakin, Hatta adalah politikus senior yang sangat tahu tentang risiko politik dan tahu harus bagaimana menghindari risiko, mengurangi risiko, atau bahkan memanfaatkan risiko politik menjadi investasi politik. Dan risiko politik pada 2013 nantinya tidak hanya akan menimpa salah satu politikus.

Pihak-pihak yang akan mengambil peran dalam pesta politik 2014 akan mendapatkan risiko politik. Sekali lagi bukan risiko politiknya yang menjadi persoalan, tetapi bagaimana kita menyikapi risiko politiknya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5734 seconds (0.1#10.140)